
RADARSEMARANG.ID, Semarang – Fakultas Agama Islam Universitas Islam Sultan Agung Semarang (FAI UNISSULA) kembali mengadakan agenda tahunan menjelang Ramadhan berupa Lokakarya Imsakiyah Ramadhan 1444 H. Kegiatan ini dilaksanakan di gedung FAI UNISSULA dengan dihadiri oleh Civitas Akademika UNISSULA Semarang, Kamis (2/3).
Kegiatan ini secara rutin diselenggarakan oleh prodi Hukum Keluarga Islam FAI UNISSULA sebagai persiapan dalam menghadapi bulan Ramadhan. Acara ini mendatangkan pemateri seorang tokoh Falak Nasional, guru dari para guru ilmu falak yakni KH. Slamet Hambali dari Semarang. KH. Slamet Hambali telah mengajar mata kuliah ilmu falak di UNISSULA sejak puluhan tahun yang lalu.

“Kegiatan Lokakarya Imsakiyah ini telah lama dan rutin diselenggarakan di FAI dan sangat bermanfaat untuk civitas akademika UNISSULA,” ujar Dekan FAI, Muhtar Arifin Sholeh.
Fenomena perbedaan pelaksanaan hari raya dan awal Ramadhan menjadi salah satu topik bahasan yang dibicarakan dalam lokakarya Imsakiyah ini.

Setelah sekian lama, umat Islam Indonesia tidak mengalami perbedaan dalam pelaksanaan hari raya maupun awal puasa, mulai tahun 2022 dan juga tahun ini, diprediksi akan kembali terjadi perbedaan hari raya Idul Fitri.
“Tahun ini, kemungkinan kita akan mengawali ibadah puasa bersama-sama. Namun kita akan berhari raya idul fitri di hari yang berbeda, yakni antara tanggal 21 atau 22 April. Hal ini dikarenakan kondisi hilal awal Syawal yang masih berada di bawah kriteria imkan rukyat MABIMS yang baru,” ujar salah satu pemateri yang juga Kaprodi Hukum Keluarga Islam, M. Choirun Nizar.
Dalam kesempatan ini, KH. Slamet Hambali sebagai salah seorang pakar falak kenamaan di kancah nasional menyampaikan, ilmu falak merupakan ilmu yang menarik untuk dipelajari karena merupakan perpaduan dari dalil yang ada di dalam nash dengan fenomena alam.
Diakuinya, selama mengikuti proses rukyatul hilal, ia tidak pernah berhasil melihat hilal karena banyaknya faktor penghambat, termasuk cuaca.
“Ramadhan ini, jika ternyata rukyatul hilal di seluruh Indonesia gagal karena cuaca mendung, dapat juga diputuskan bahwa awal Ramadhan adalah 23 Maret karena elongasi sudah mencapai batas qath’iyur rukyat yakni 10 derajat untuk elongasi geosentris di daerah Lhoknga Aceh.” Jelas Slamet Hambali. (fgr/web/bas)