
RADARSEMARANG.ID – Arti najis secara lughoh كُلُّ مُسْتَقْذَرٍ : setiap barang yang menjijikkan, atau اَلْقَذَرَة : kotoran. Najis menurut istilah syara` ialah: segala kotoran atau barang yang menjijikkan yang menghalangi sahnya sholat yang dikerjakan dalam keadaan tiada keringanan. Kata النَّجَسُ (najis) adalah kebalikan dari الطَّاهِرُ (suci). Hukum menghilangkan najis menurut jumhurul fuqoha` kecuali Malikiyyah adalah wajib, berdasarkan Firman Allah : وَ ثِیَابَكَ فَطَهِّرْ “ Dan sucikanlah pakaianmu” ( QS Al Mudatsir : 4 ). Dari Abi Huroiroh RA : ia berkata,”Seorang Arab Badui berdiri dan kencing didalam masjid, orang – orang bangkit dan ingin menghajarnya. Tetapi Rosulullah SAW berkata :
دَعُوْهُ وَأَرِيْقُوْا عَلَى بَوْلِهِ سِجْلًامِنْ مَاءٍ أَوْذَنُوْبًا ِمنْ مَاءٍ فَاِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِيْنَ وَلَمْ تُبْعَثُوْامُعَسِّرِيْنَ

“Biarkanlah ia, sirami kencingnya dengan satu ember atau satu timba air. Kalian diutus untuk mempermudah, bukan untuk mempersulit” (HR. Bukhori). Dan dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Muslim, Abi Daud dan At-tirmidzi, yaitu: perintah Nabi untuk membasuh darah haidh yang ada di pakaian.
Dalam ilmu fiqh, najis ditinjau dari segi sifat terbagi menjadi tiga, yaitu: pertama najis mukhoffafah (najis ringan), kedua najis mutawasithoh (najis sedang) dan ketiga najis mugholladhoh (najis berat).

Najis Mukhoffafah
Najis mukhoffafah ialah: air kencingnya bayi laki – laki yang belum berumur dua tahun dan belum makan dan minum kecuali air susu ibu. Cara mensucikan najis ini yaitu: menghilangkan wujudnya najis terlebih dahulu, dan setelah hilang kemudian memercikkan air diatas tempat yang terkena najis secara merata (seluruh tempat yang terkena najis). Jika yang terkena najis adalah kain, maka kain tersebut harus diperas atau dikeringkan terlebih dahulu, kemudian baru diperciki air. Dan membasuh najis mukhoffafah lebih utama daripada memercikkan air.
Nabi Muhammad SAW bersabda : يُغْسَلُ مِنْ بَوْلِ الْجَارِيَةِ, وَيُرَشُّ مِنْ بَوْلِ الْغُلَامِ
“Air kencing bayi perempuan harus dibasuh, sedangkan air kencing bayi laki – laki cukup diperciki air”. (HR. Abu Daud, An-Nasa`i dan Al Hakim).
Najis mukhoffafah wajib dibasuh, jika najis tersebut bercampur dengan cairan lain, karena cairan itu menjadi najis. Perbedaan antara الرَشُّ (memercikkan) dan الغَسْلُ (membasuh) yaitu: jika ar-rosysyu airnya tidak mengalir sedangkan al ghoslu airnya mengalir.
Bersambung ke Najis Mutawasitoh