
- Letak geografis negeri Arab
Arabia merupakan wilayah padang pasir yang terletak di bagian Barat Daya Asia, dan merupakan padang pasir yang tergersang dan terluas di dunia. Arabia merupakan wilayah yang strategis karena letaknya berada pada posisi pertemuan 3 benua, yaitu Asia, Afrika dan Eropa. Sebelah barat Arabia dibatasi dengan laut Qulzum ( Laut Merah ), sebelah selatan dengan laut Hindia, sebelah timur dengan dataran tinggi Persia dan sebelah utara di batasi dengan gurun Irak dan gurun Syam ( Syiria ). Makkah, Madinah dan Thaif adalah merupakan 3 kota besar di Arabia yang merupakan kota – kota penting dalam perjalanan da`wah Nabi Muhammad SAW.
- Kondisi sosial masyarakat Arab sebelum Islam
Masyarakat Arab terbagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu : Hadhory ( penduduk kota ) dan Badui ( penduduk gurun / alasan ). Ciri – ciri penduduk Hadhory, yaitu : 1). Bertempat tinggal tetap. 2). Mengerti dan mengenal tata cara mengelola tanah pertanian dan mengenal tata cara perdagangan bahkan hubungan mereka telah sampai keluar negeri. Dan ciri – ciri masyarakat Badui ( alasan ) : 1). Tempat tinggalnya berpindah – pindah dari tempat satu ke tempat yag lain. 2). Di tengah perjalanan mereka istirahat dan mendirikan kemah / tenda. 3). Berburu serta menyerang musuh dengan mengendarai unta.
- Letak Gua Hiro`

Gua Hiro` terletak di Jabal Nur, dinamakan Jabal Nur, karena gunung ini memancarkan cahaya kenabian, jaraknya kurang lebih 6 Km sebelah utara Kota Mekkah, tingginya lebih dari 642 m dan sebelum sampai kepuncaknya terdapat telaga yang tidak berair, panjangnya 8 m, lebar dan dalamnya 6 m, kira – kira 20 m dari puncak Jabal Nur, disinilah letak Gua Hiro`. Didalam Gua Hiro` dapat memuat 3 orang sholat berdiri dan memuat 2 orang tidur berdampingan. Di gua inilah Allah SWT menurunkan Alquran pertama kali dengan lantaran Malaikat Jibril A.S.
Ketika Nabi bertahanus / bertapa di Gua Hiro` beberapa malam, datanglah Annamus / Malaikat Jibril membawa wahyu yang berupa Alquran pertama kali yaitu Surah Al Alaq atau Al Qolam ayat 1 – 5 : 1) Iqra` bismi rabbikallażī khalaq, 2) Khalaqal-insāna min ‘alaq, 3) Iqra` wa rabbukal-akram, 4) Allażī ‘allama bil-qalam, 5) ‘Allamal-insāna mā lam ya’lam ,artinya :“1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, 2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, 3) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia, 4) Yang mengajar (manusia) dengan pena, 5) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”, pada malam Jumat, 17 Ramadan bertepatan 6 Agustus 610 M, pada saat itu umur Nabi 40 tahun 6 bulan 8 hari menurut tahun bulan Qomariyah, dan atau umur 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut tahun Syamsyiyah. Setelah wahyu pertama datang, malaikat Jibril lama tidak hadir, sementara Nabi Muhammad SAW dengan harap – harap cemas menunggu turunnya wahyu, di tempat yang sama ( Gua Hiro ). Dalam keadaan bingung itulah Malaikat Jibril datang kembali membawa wahyu yang kedua yaitu Surah Al Muddatsir ayat 1 – 7 yang membawa perintah untuk berda`wah : 1) Yā ayyuhal-muddaṡṡir, 2) Qum fa anżir, 3) Wa rabbaka fa kabbir, 4) Wa ṡiyābaka fa ṭahhir, 5) War-rujza fahjur, 6) Wa lā tamnun tastakṡir, 7) Wa lirabbika faṣbir, artinya “ 1) Wahai orang yang berkemul (berselimut)!, 2) bangunlah, lalu berilah peringatan!, 3) dan agungkanlah Tuhanmu, 4) dan bersihkanlah pakaianmu, 5) dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji, 6) dan janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. 7) Dan karena Tuhanmu, bersabarlah ”. Jarak antara wahyu yang pertama dan kedua adalah +/- 2 ½ tahun. Dengan turunnya wahyu yang kedua itulah, maka Rasulullah SAW melakukan da`wah secara sir / diam – diam. Dilakukan dengan cara demikian karena khawatir akan terkejutnya suatu perkara yang mereka belum mengerti dan mendengar terhadap suatu perkara yang di bawanya.

Orang yang pertama kali masuk Islam dari golongan laki – laki adalah Abu Bakar, dari golongan Wanita adalah Khotidjah dan dari golongan anak – anak adalah Ali bin Abi Tholib. Abu Bakar mengajak kepada teman – temannya, maka masuklah Usman bin Affan , Zubair bin Awwam, Tholkhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidillah, Ibnu Jarroh, Arqom Ibnu Abi Arqom, Zaid bin Kharitsah ( budak Nabi yang kemudian menjadi anak angkatnya ) . Mereka ini dalam sejarah di sebut : السَّابِقُوْنَ الْأَوَّلُوْنَ ( Assabiqunal awwalun ). Firman Allah QS At – Taubah ayat 100 :“ Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang – orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan besar”.
Setelah +/- 3 tahun Nabi berda`wah secara diam – diam, maka Nabi di perintah untuk berda`wah secara terang – terangan oleh Allah SWT. Firman Allah QS. Al Hijr ayat 94 : Faṣda’ bimā tu`maru wa a’riḍ ‘anil-musyrikīn : “Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik”.Selanjutnya langkah pertama yang di lakukan oleh Nabi dalam rangka menjalankan da`wah secara terang – terangan ialah mengumpulkan kerabat dekatnya dari Bani Mutholib di bukit Shofa. Di tengah – tengah mereka, Nabi berkata : “ Apakah kalian akan membenarkan sesuatu yang akan Aku sampaikan”, mereka menjawab : “ Iya, karena kami tidak pernah mengetahui kamu berbohong”,
maka Nabi bersabda : اَنْقِذُوْا اَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ اِنِّى نَذِيْرلَكُمْ مِنْ عَذَابٍ شَدِيْد
“Selamatkanlah diri kalian dari api. Sesungguhnya aku adalah orang yang memberi peringatan terhadap kalian dari azab yang berat ( pedih )”. Mendengar perkataan Nabi, Abu Lahab ( Abdul `Uzza ) marah besar dan menghantamkan batu ke kepala Nabi sambil berkata :” تَبًّالَكَ يَامُحَمَّد أَلِهَذَا جَمَعْتَنَا ”. “Binasa engkau wahai Muhammad apakah untuk ini kamu mengumpulkan kita !?”. Atas kejadian ini Allah menurunkan Surah Al Lahab : 1) Tabbat yadā abī lahabiw wa tabb, 2) Mā agnā ‘an-hu māluhụ wa mā kasab, 3) Sayaṣhlā nāran żāta lahab, 4) wamra`atuh, ḥammālatal-ḥaṭab, 5) fī jīdihā ḥablum mim masad, artinya : “ 1) Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia!, 2) Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan. 3) Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka). 4) Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah). 5) Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal”.
- Respons masyarakat Makkah terhadap dakwah Nabi Muhammad SAW
Dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW baik secara diam – diam maupun terang – terangan menjadi perhatian dan perbincangan serius di kalangan masyarakat Makkah. Masyarakat pada umumnya beranggapan bahwa ajaran yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW tidak mempunyai dasar dan tujuan yang jelas. Oleh karena itu mereka tidak peduli dan menentang habis – habisan hingga Islam lenyap dari Makkah, mereka menghina, mendzolimi, dan mengancam akan membunuh Nabi dan para pengikutnya. Dalam menghadapi tanggapan yang tidak menyenangkan dan rintangan yang tidak ringan ini, Rasulullah SAW tetap terus berda`wah tanpa ada rasa takut dan gentar, meskipun beliau bertaruh nyawa.
- Langkah – langkah kafir Quraisy untuk menghadang dakwah Nabi
1) Memfitnah Nabi Muhammad SAW dengan mengatakan Muhammad gila, Muhammad pembohong dan ajaran yang dibawanya sesat, dll.
2) Menghasut serta mengancam Abi Tholib apabila ia tidak bisa menghentikan da`wah Nabi. Kemudian pada suatu ketika Abi Tholib membujuk Nabi Muhammad SAW agar bersedia menghentikan kegiatan da`wahnya, karena banyak tokoh Quraisy yang mengancamnya bila ia tidak berhasil membujuk Nabi untuk menghentikan da`wahnya. Namun, permohonan pamannya itu tidak dikabulkan.
3) Pendekatan melalui jalur kekeluargaan, Abu Jahal dan Abu Sufyan sebagai perwakilan dari keluarga mendatangi Abi Tholib, mereka berkata kepadanya :” Hai Abi Tholib kamu sudah tua, kamu harus menjaga dirimu jangan membela Muhammad, jika hal ini kamu lakukan terus, maka keluarga kita akan terpecah belah”. Tapi langkah ini tidak membuahkan hasil, lantaran tekad Muhammad begitu kuat, meskipun beliau harus bertaruh nyawa.
4) Membujuk dan menawarkan pemuda yang sebaya dengan Muhammad yang bernama Amrah ibnu Walid. Mereka berkata :” Wahai Abu Tholib, Muhammad saya tukar dengan pemuda ini, periharalah orang ini dan serahkan Muhammad kepada kami untuk kami bunuh”.
Mendengar tawaran yang menghina ini, Abi Tholib marah seraya berkata dengan lantang :” Wahai orang – orang kasar, silahkan kalian mau berbuat apa saja, aku tidak akan takut”. Lalu, Abi Tholib mengundang keluarga Bani Hasyim untuk memohon bantuan dan ikut menjaga Muhammad dari ancaman dan penganiayaan kaum Quraisy.
5) Para tokoh Quraisy mengutus kepada Utbah Ibnu Robi`ah untuk menemui Muhammad, dengan menawarkan beberapa pilihan, ia berkata kepada Nabi “ Wahai Muhammad bila kamu menginginkan harta kekayaan, saya sanggup menyediakannya, bila menginginkan pangkat, maka saya sanggup mengangkatmu menjadi raja, dan bila menginginkan wanita cantik, maka aku sanggup mencarikannya”. Mendengar tawaran itu Nabi menjawab dengan tegas melalui Surah As – Sajdah ayat 1 – 37. Mendengar jawaban dari Nabi, maka Utbah tertunduk merasa malu dan dalam hati kecilnya membenarkan ajaran Islam dan dia masuk Islam, kemudian dia pulang kekaumnya seraya mengajak kepada kaumnya untuk memeluk agama Islam.
6) Diplomasi dan negosiasi
Setelah upaya paksa dan bujuk rayu tidak berhasil sementara umat Islam semakin berkembang, maka para tokoh quraisy mengajak diplomasi dan negosiasi dengan Nabi. Mereka berkata :” Wahai Muhammad hendaknya kau menyembah tuhannya orang – orang quraisy dan orang – orang quraisy menyembah tuhanmu”. Atas kejadian ini maka turunlah Surah Al Kafirun : “ 1) Katakanlah (Muhammad), “Wahai orang-orang kafir!. 2) aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, 3) dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah, 4) dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, 5) dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. 6) Untukmu agamamu, dan untukku agamaku”.
Setelah permohonan untuk saling menyembah Tuhan tidak di terima, maka mereka mengajukan permohonan yang lain, yaitu : agar Muhammad mau mengganti Qur`an yang ada itu dengan Qur`an yang lain. Maka turunlah ayat 15 Surah Yunus : “ qul mā yakụnu lī an ubaddilahụ min tilqā`i nafsī, in attabi’u illā mā yụḥā ilayy, innī akhāfu in ‘aṣhaitu rabbī ‘ażāba yaumin ‘aẓīm “ : Katakanlah (Muhammad), “Tidaklah pantas bagiku menggantinya atas kemauanku sendiri. Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku. Aku benar-benar takut akan azab hari yang besar (Kiamat) jika mendurhakai Tuhanku.”
- Pemboikotan terhadap Nabi dan Umat Islam
Kegagalan kaum Quraisy dalam membujuk Nabi untuk meninggalkan da`wahnya justru membuat posisi umat Islam di Makkah semakin kuat. Menguatnya posisi umat Islam, membuat kaum quraisy semakin kejam dan tidak manusiawi. Mereka menempuh cara – cara baru untuk melumpuhkan kekuatan Nabi Muhammad SAW yang bersandar pada perlindungan Bani Hasyim.
Mereka membuat piagam pemboikotan untuk memutuskan segala bentuk hubungan dengan Bani Hasyim. Tiga inti piagam pemboikotan itu ialah : 1). Orang – orang Quraisy tidak akan menikahi orang – orang Islam. 2). Orang – orang Quraisy tidak akan jual beli berupa apapun dengan umat Islam. 3). Orang – orang Quraisy tidak akan menerima damai dari orang – orang Islam, sehingga mereka menyerahkan Muhammad untuk di bunuh. Akibat pemboikotan ini Bani Hasyim menderita kelaparan, kemiskinan dan kesengsaraan selama 3 tahun.
- Hijrah ke Habsyi ( Ethiopia ) yang pertama
Penganiayaan dan penyiksaan oleh kaum Quraisy terhadap umat Islam yang di luar batas perikemanusiaan membuat Nabi Muhammad SAW tidak tahan untuk melihatnya. Maka akhirnya Nabi Muhammad SAW menganjurkan kepada para shohabatnya untuk hijrah / mengungsi ke Habsyi. Anjuran tersebut di tanggapi secara positif oleh para shohabatnya. Dan kemudian berangkatlah mereka ke Habsyi dengan jumlah 11 orang laki – laki dan 4 orang wanita. Lalu, di susul oleh rombongan yang kedua hingga mencapai 70 orang. Kedatangan umat Islam ke Habsyi di sambut baik oleh Raja Nejus / Najasi, bahkan mereka di ijinkan untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinan yang mereka anut.
- Hijrah ke Habsyi yang kedua
Umat Islam yang hijroh ke Habsyi gelombang pertama berlangsung selama 2 bulan, setelah itu mereka kembali ke Makkah lagi. Melihat keberhasilan umat Islam bertahan dan mendapat perlindungan di Habsyi serta jumlah umat Islam di Makkah semakin bertambah banyak, maka kaum Quraisy semakin geram dan semakin meningkatkan penganiayaan terhadap umat Islam. Oleh karena itu, Nabi menyarankan kepada umat Islam untuk hijroh ke Habsyi yang kedua. Hijroh yang kedua ini diikuti oleh 101 orang diantaranya terdapat 18 orang wanita dan dipimpin oleh Ja`far bin Abi Tholib. Hijroh yang kedua ini masih mendapat sambutan hangat dari Raja Nejus. Kebaikan Raja Nejus ini membuat marah orang – orang Quraisy. Mereka mengutus `Amr bin `Ash dan Abdullah bin Robi`ah menghadap Raja Nejus untuk menghasutnya agar tidak memperlakukan kebaikan terhadap umat Islam dan agar mengembalikan mereka ke Makkah. Menanggapi hasutan tersebut Raja Nejus bersikap hati – hati, kemudian Raja memanggil perwakilan umat Islam untuk dimintai penjelasan apa yang sesungguhnya terjadi, lantas Ja`far bin Abi Tholib bertindak sebagai wakil dan juru bicara umat Islam untuk memberi penjelasan sesuatu yang sesungguhnya terjadi ( tentang Islam ) dengan membaca Surah Maryam dari awal sampai ayat ke 33.
Mendengar penjelasan tersebut akhirnya Raja Nejus masuk Islam berikut para pembesar kerajaan dan para pendetanya. Atas peristiwa ini maka turunlah ayat 82 Surah Al Maidah, artinya : “Pasti akan kamu dapati orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan pasti akan kamu dapati orang yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya kami adalah orang Nasrani.” Yang demikian itu karena di antara mereka terdapat para pendeta dan para rahib, (juga) karena mereka tidak menyombongkan diri”.
Tidak lama dari peristiwa ini meninggallah Raja Nejus dan setelah Malaikat Jibril memberitahu kepada Nabi Muhammad SAW, maka beliau menyolati janazah secara ghoib. Dan inilah awal mula sholat janazah bil ghoib.
- Hijrah dan Misi ke Thoif
Pada tahun ke 10 dari kenabian di kenal dengan tahun duka ( عَامُ الْحُزْنِ) karena pada tahun ini istrinya, Khotidjah dan pamannya, Abu Tholib meninggal dalam waktu yang berdekatan ( +/- 1 bulan ). Dengan meninggalnya kedua orang tersebut, maka kaum Quraisy semakin berani mengganggu dan menyakiti Nabi. Karena penderitaan yang di alami Nabi semakin berat, maka beliau dengan di dampingi oleh Zaid bin Kharitsah hijroh ke Thoif untuk memohon bantuan dan perlindungan dari keluarganya yang ada di kota itu, yaitu Kinanah yang bergelar Abu Jalail dan Mas`ud yang bergelar Abu Kuhal. Mereka adalah para pembesar dan penguasa di Thoif. Harapan untuk mendapat bantuan dan perlindungan dari keluarganya yang ada di Thoif ternyata gagal dan hampa, karena mereka telah dihasut oleh Abu Jahal. Bahkan Nabi di usir dan di hina dengan cara – cara yang tidak manusiawi, beliau dilempari batu oleh para pemuda hingga luka dan berdarah.
- Isra dan Mikraj
Setelah +/- 1 bulan di Thoif Nabi kembali ke Makkah, kaum Quraisy semakin menjadi – jadi dan semakin meningkatkan penghinaan dan penganiayaannya. Disaat menghadapi ujian yang maha berat dan tingkat perjuangan sudah pada puncaknya ini, maka beliau diperintah oleh Allah untuk menjalankan Isra Mikraj dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsho dan Mikraj ke Sidrotil Muntaha untuk melihat sebagian dari ayat – ayat Allah dan untuk bertemu dengan-Nya. (*/bas)