
“YĀ ayyuhallażīna āmanusta’īnụ biṣ-ṣabri waṣ-ṣalāh, innallāha ma’aṣ-ṣābirīn
(Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar) (QS Al Baqoroh:153).

Kata الصبر secara lughoh artinya الْحَبْسُ (menahan atau mengekang) dan secara istilah sabar ialah mengekang atau menahan diri dalam hal yang tidak disukai.
Sabar terbagi menjadi tiga macam:

Pertama, Sabar dalam menghindari maksiat, yaitu menahan diri untuk tidak ikut atau tidak melakukan maksiat. Kedua, Sabar dalam melaksanakan ketaatan, artinya terus menerus melakukan toat (دوام فعلها) dan yang, ketiga, adalah sabar dalam menghadapi musibah dan bencana, artinya menahan diri untuk tidak marah dan melakukan hal-hal yang melanggar syariat. Abdurrohman bin Zaid bin Aslam mengatakan: “Sabar itu ada dalam dua bab. Bab karena Allah dengan melaksanakan kewajiban dari-Nya, meskipun berat bagi jiwa dan raga, serta sabar karena Allah dalam meninggalkan hal-hal yang dibenci-Nya, meskipun hawa nafsu sangat cenderung kepadanya.”
Baca juga : Masa Depan Pesantren
Di dalam ayat ini, dikhususkan tentang pembahasan sabar dan salat. Sebab sabar merupakan amal batin yang terberat. Sabar adalah faktor mental yang paling kuat pengaruhnya terhadap jiwa, dan salat merupakan perbuatan dhohir yang terberat pula.
Kata salat secara lughoh dalam bahasa Arab artinya doa. Kalau dari malaikat ia bermakna istighfar, sedangkan kalau dari Allah ia bermakna rahmat. Allah secara khusus menyebutkan salat karena ia berulang-ulang dikerjakan dan nilainya sangat agung. Salat merupakan induk segala ibadah, salat adalah jalan penghubung dengan Allah, sarana untuk bermunajat kepada-Nya. Salat merupakan wasilah atau lantaran untuk meraih ketenangan jiwa bagi orang-orang yang beriman.
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: “ketenangan tertinggi aku raih dalam salat.” Menurut sebuah riwayat, apabila Rasullulah SAW sedang mengalami kesusahan akibat suatu persoalan, maka biasanya Rasulullah SAW mencari ketenangan dengan mengerjakan salat dan membaca ayat ini. إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّابِرِينَ (Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar). Di sini Allah menyebut secara khusus, bahwa Allah bersama orang-orang yang sabar, meskipun pada hakikatnya Allah bersama setiap orang, karena yang dimaksud dengan kebersamaan khusus (معيّة مخصوصة) adalah pertolongan Allah (الْعوْن وَالْاغاثة), dan yang dimaksud kebersamaan umum atas Allah bersama setiap orang adalah pengertian dan kekuasaan Allah (معيّة علمٍ وَقُدْرةٍ). Orang-orang yang sabar mendapat pertolongan dari Allah, dalam sebuah hadis qudsi Allah berfirman: “Tidak henti-henti hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan melaksanakan ibadah-ibadah sunah (نَوَافِلُ) hingga Aku mencintainya.”
Setelah selesai menjelaskan perintah untuk bersyukur, lalu Allah SWT memulai penjelasan tentang kesabaran dan permohonan pertolongan (kepada Allah SWT) dengan sabar dan salat, sebab seorang hamba tentu berada dalam salah satu dari dua keadaan yaitu mendapat nikmat (agar bersyukur) atau mendapat musibah (agar bersabar).
Baca juga : Alquran Terhubung dengan Tiga Kitab Suci
Dalam suatu hadis shahih, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sungguh mengagumkan seorang mukmin, Allah tidak memutuskan untuknya satu keputusan, kecuali hal itu baik baginya, jika ia mendapatkan kenikmatan, lalu ia bersyukur, maka itu baik baginya. Dan jika ia mendapatkan musibah, lalu ia bersabar, maka itu juga baik baginya.”
Wa lā taqụlụ limay yuqtalu fī sabīlillāhi amwāt, bal aḥyā`uw wa lākil lā tasy’urụn “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya” (QS Al-Baqoroh:154).
( أَمْوَات بَلْ أَحْيَآء) kedua kalimah ini adalah kalimah isim yang berkedudukan marfu`karena masing-masing adalah khobar bagi mubtada` yang terbuang (مَحْذُوْف) taqdirnya adalah (هُمْ اَموات بَلْ هُمْ اَحْيَاء). Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang muslim yang mati terbunuh dalam perang badar. Mereka berjumlah empat belas, enam dari kaum muhajirin dan delapan dari kaum Anshor.
Kaum musyrikin dan kaum munafiqin mengatakan: “Mereka benar-benar telah mati, mereka menyia-nyiakan dirinya sehingga mereka tidak bisa merasakan kenikmatan dunia dan mereka mengaku bahwa matinya dalam keridhoan Muhammad”. Atas kejadian ini, maka Allah memberitahukan kepada orang-orang munafiq dan musyrik bahwa mereka yang terbunuh dalam perang Badar tidak mati, tetapi mereka hidup dan bahkan mereka mendapat rezeki dari Tuhannya yang tidak akan putus dan mereka dalam keadaan gembira. Sebagaimana dijelaskan dalam Alquran Surat Ali Imron ayat 169-170 “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizqi. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.”