
RADARSEMARANG.ID – Kabupaten Temanggung memiliki dua gunung yang sangat ikonik, yakni Sumbing dan Sindoro. Diantara keduanya, terdapat sebuah puncak bukit yang diberi nama Botorono. Tepatnya berada di Desa Petarangan, Kecamatan Kledung. Botorono kini menjadi salah satu destinasi wisata alam yang menawarkan paket keindahan alam Temanggung.
Berada di ketinggian 1.300 mdpl, wisata puncak Botorono menawarkan keindahan alam yang masih alami berbaur dengan udara sejuk. Meski di tengah pandemi Covid-19, wisata alam dikota tembakau ini menjadi pilihan para wisatawan. Selain dimanjakan keindahan alam, pihak pengelola juga menerapkan protokol kesehatan secara ketat, sehingga destinasi tersebut aman untuk dikunjungi.

Untuk mencapai puncak Botorono, pengunjung dapat menempuhnya dengan kendaraan roda dua. Jika kendaraan bermotor tidak mampu menanjak, pengunjung bisa memanfaatkan ojek untuk bisa naik sampai pintu loket. Atau jika ingin menikmati panorama alam sekitar, wisatawan maupun penggemar hiking dapat menempuhnya dengan berjalan kaki sejauh 1,5 kilometer. Meski perjalanan sedikit panjang, setelah sampai puncak rasa lelah seketika hilang dan terobati panorama alam indah dan udara sejuk.
Menurut Kepala Desa Petarangan Jumarno, wisata puncak Botorono dibangun di atas lahan yang tidak produktif. Sekarang, wisata desa ini mampu menyejahterakan masyarakat karena mereka diajak terlibat langusung dalam pengelolaan dan juga pemberdayaan para pelaku UMKM untuk berjualan di lokasi wisata.

Jumaro mengaku, ide pembuatan wisata ini sudah datang sejak 2017 silam. Namun baru terealisasi dan resmi dibuka pada Mei 2021 lalu. “Alhamdulillah setelah kita buka banyak sekali masyarakat lokal, dari lain daerah, bahkan dari luar Jawa pun sudah banyak yang datang. Dengan begitu saya yakin secara bertahap ekonomi masyarakat di sini akan naik,” terangnya.
Kenapa dinamakan Botorono? Sekitar 850 tahun silam terjadi pagebluk dan bencana di mana-mana. “Kebetulan di sini ada rajapati namanya Mbah Projo dari Kraton Surakarta. Beliau bertapa di sini dan noto (menata) watu atau boto untuk bertapa dan kebetulan karena rono-rene terjadi bencana makanya dinamai botorono,” jelasnya.
Dalam sehari, rata-rata pengunjung yang datang di kisaran 100 – 200 orang. Namun, pada akhir pekan bisa tembus 1.000 pengunjung dengan tiket masuk Rp 7.000. Dengan banyaknya pengunjung tersebut, dalam sebulan rata-rata pengelola bisa mendapatkan uang senilai Rp 24 juta dari penjulan tiket. “Bahkan pada September lalu bisa dapat Rp 40 juta,” imbuhnya.
Salah seorang pengunjung Adi Nur Rohmad mengaku pemandangan dari atas puncak sangat memukai, namun ia menyayangkan tempat seindah itu masih minim fasilitas pendukung. “Menurut saya bagus sekali yaa, karena masih alami dan tidak terlalu ramai dan bisa enjoy ya, dengan suasana alam pegunungan Temanggung. Cuma saya harap fasilitas warung makan dan spot foto bisa ditambah lagi,” katanya.
Guna menambah daya tarik wisatawan, pihak pengelola akan menambah sejumlah fasilitas pendukung seperti penyediaan alat camping, pusat kuliner serta pertunjukan kesenian dan budaya Desa Petarangan. (nan/ton)