30 C
Semarang
Minggu, 28 Mei 2023

Minivelo, Cocok untuk Gowes di Perkotaan

Artikel Lain

RADARSEMARANG.ID – Tren sepeda meninggi di masa pandemi. Jenis sepeda minivelo menjadi salah satu yang digemari. Bentuknya ramping, nyaman dan kuat untuk gowes di jalanan.

Salah satu penggemar minivelo ialah Agung Wahyu Diono. Agung bukan pencinta sepeda bau kencur yang baru lahir di tengah pandemi. Ia sudah hobi gowes sejak 2010-an. Bersepeda untuk memenuhi kebutuhan olahraga, transportasi, dan rekreasi. Di rumah ia mengoleksi enam sepeda dari berbagai jenis, termasuk minivelo.

Minivelo miliknya custom buatan sendiri. Bermodal pengetahuan dari internet, ia memproduksi minivelo sebelum pandemi. Saat itu ia hanya merogoh kocek sekitar dua hingga tiga juta karena sudah memiliki frame.

“Sepeda minivelo pabrikan itu banyak. Tapi sepeda minivelo nggak jauh-jauh dari custom yang unik. Keuntungannya, kalau custom bisa menyesuaikan ukuran tubuh jadi bisa lebih nyaman dipakai,” kata Agung kepada Jawa Pos Radar Semarang.

Agung tertarik pada sepeda minivelo bukan semata-mata karena bentuknya yang unik. Apalagi hanya karena sedang tren.  Bagi Agung, tampilan fisik sepeda bukan segalanya. Ada hal lain yang perlu lebih diperhatikan, yaitu sisi fungsional dan kenyamanan saat digunakan.“Saya suka minivelo karena memang enak dipakai, bukan karena lagi tren,” kata Agung.

“Sepeda minivelo kan sepeda balap yang kecil dan bisa digunakan di jalan raya, seperti sepeda perkotaan. Nah, di Indonesia sepeda kan memang multifungsi,” imbuhnya.

Menurut Agung, sepeda minivelo lebih nyaman digunakan di jalanan karena bentuknya yang ramping. Selain itu, kata Agung, meski kecil sepeda minivelo lebih kokoh ketimbang sepeda lipat.  Sepeda minivelo juga kuat. Terakhir, Agung menempuh jarak hingga 50 km dalam  sekali gowes.

Perawatan sepeda minivelo juga pada dasarnya sama dengan perawatan sepeda kebanyakan. Tidak rumit. Hanya butuh perawatan standar, seperti membersihkan rantai dan mengecek rem. Selain itu, pemilik perlu memperhatikan jenis frame agar bertindak tepat. Misalnya, untuk frame besi tidak boleh terkena air asin karena bisa membuat sepeda cepat berkarat.

Onderdil sepeda minivelo juga mudah didapatkan di pasaran. Kelemahan sepeda minivelo, menurut Agung, hanya terletak pada bentuknya yang minimalis tetapi tidak cukup praktis. Jadi, fisik minivelo terkesan nanggung.

“Beda dengan sepeda lipat,  minivelo nggak bisa disimpan di ruang kecil karena nggak bisa dilipat,” kata Agung.

Banyak pencinta minivelo di Semarang. Kata Agung, setidaknya ada 29 orang yang tergabung dalam grup WhatsApp. Namun, mereka belum aktif dan belum resmi menjadi grup komunitas.

Untuk sekadar berkumpul dan gowes bersama pun belum direalisasikan. Alasannya tak jauh-jauh dari kondisi pandemi dan kesibukan masing-masing. Sebagai alternatif, Agung mencoba mengajak pencinta minivelo ikut gowes bersama komunitas sepeda lain. Dengan catatan, tetap mematuhi protokol kesehatan.

“Bagi pencinta gowes Semarang, ada prinsip “smart” yang merupakan singkatan dari sendiri (gowes sendiri agar tidak berkerumun), masker (pakai masker), arm gloves (mengenakan pelindung lengan), rute (menyesuaikan kemampuan fisik), dan timing (cari waktu yang tepat, yang tidak ramai). Selain itu juga perlu membawa baju ganti untuk salin pas sampai lokasi,” jelas Agung sembari menambahkan terpenting lagi adalah selalu taat rambu lalu lintas. (cr3/lis/bas)


Baca artikel dan berita terbaru di Google News


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya