
RADARSEMARANG.ID – Gedung Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro dikenal sebagai gedung tertua di Undip. Memiliki makam yang cukup luas di belakang area kantin. Di makam ini kerap muncul penampakan pocong, dan kuntilanak. Bahkan, mahasiswa yang suka jahil kerap diganggu dan kesurupan.
Makam terlihat rapi dan bersih. Dijaga penjaga makam dan petugas kebersihan. Merupakan pemakaman umum Desa Jurang Belimbing dan sudah sangat tua. Makam makam ini diketahui sudah ada sekitar sebelum tahun 1986 jauh sebelum Fakultas Peternakan dan Pertanian dibangun.

“Dulu banyak mahasiswa yang sering kesurupan di area makam. Biasanya mereka kesurupan karena kurang mematuhi aturan kesopanan dengan tertawa terbahak-bahak,” ujar penjaga kandang sapi FPP.
Kebanyakan korban kesurupannya adalah perempuan. Korban kesurupan biasanya ditangani kyai yang tinggalnya dekat dengan makam tersebut. Tetapi kini beliau sudah meninggal. Sekarang, sudah jarang ada yang kesurupan karena mahasiswanya sudah jarang mengadakan acara disekitar makam gedung belakang dekat makam,” ujarnya.

Jumat wage merupakan weton dari makam Jurang Belimbing. Mulai pukul 17.00 WIB biasanya masyarakat yang memiliki keterkaitan dengan makam melakukan ritual menyembelih kambing bandot di area makam. Tentunya ketika mendekati malam Jumat wage suasana di sekitar makam FPP belakang mess dan gudang penyimpanan barang semakin mencengkam. Munculnya penampakan dan bau-bau aneh semakin menambah keangkeran. Mulai bau sangit, bau anyir dan bau bunga melati.
Selain itu kerap muncul penampakan pocong dan kuntilanak. Pocong biasanya berdiri di bawah pohon, sedangkan mbak kunti kerap dijumpai terbang sambil tertawa dari pohon yang ada di area makam ke pohon jambu mete yang ada di area kantin FPP. Hal itu ditandai dengan adanya suara burung gagak dan suara burung hantu yang terus mengoceh.
“Pocong itu tidak meloncat loncat seperti yang sering kita lihat di film horor, melainkan kemunculannya dimulai dengan asap yang keluar dari patok kuburan dan terbang setinggi satu meter dari kuburannya,” ujarnya.
Ia pernah melihat penampakan dengan raut mukanya berbeda-beda. Ada yang sudah tidak memiliki bola mata, ada yang wajahnya rusak total dan berwarna hitam, ada yang matanya sebesar piring dan tersenyum sinis. “Rata-rata berperawakan tinggi besar melebihi pohon kamboja yang ada di makam dan kain morinya sudah berwarna coklat usang,” tambahnya.
Salah seorang alumni FPP Undip Pratono menceritakan, selama kuliah, sejumlah temannya mengalami kejadian aneh saat berada di kampus. Terutama saat malam hari ketika dapat giliran jaga kandang untuk praktikum.
Suatu malam, salah satu temannya sedang berada di kandang laboratorium unggas. Lokasinya sekitar 100 meter dari kompleks makam. Ia melihat serombongan orang membawa keranda menuju makam. Awalnya ia mengira ada warga setempat yang meninggal dan malam itu juga dimakamkan. “Tapi ketika diperhatikan, ternyata rombongan orang tersebut tidak berkepala,” kata Pratono yang lulus pada 2004 ini.
Ada juga yang mengalami kejadian aneh lainnya. Waktu kejadian hampir sama, malam hari ketika tugas jaga kandang praktikum. Saat itu, teman Pratono ingin buang air kecil. Ia pun menuju kamar mandi di gedung D yang saat itu sepi. Ketika masuk dan menutup pintu, tiba-tiba ia mendengar ada yang mengetuk pintu.
Selain itu dari lubang ventilasi di atas pintu terasa ada yang menciprati air dari luar ke dalam. Mahasiswa tersebut lantas membuka kembali pintu untuk mencari siapa yang usil. Ketika dilihat di luar, suasana sepi. Tak ada siapapun. Dan ketika ia kembali ke kamar mandi, ternyata lantai masih kering. Tak ada bekas cipratan air seperti yang ia rasakan sebelumnya.
Di lain waktu, seorang mahasiswa juga pernah kesurupan. Perempuan tersebut tiba-tiba mengomel tidak jelas. “Tapi saya selama kuliah belum mengalami sendiri hal-hal aneh, hanya kadang-kadang kalau pas jaga kandang sendirian, terasa agak merinding, walau tidak ada apa-apa. Cuma beberapa teman pernah cerita kalau menemui hal-hal aneh,” kata Pratono. (mg4/mg2/ton/fth)