27 C
Semarang
Minggu, 2 April 2023

Tiga Kali Diperingatkan Suara di Atap

Artikel Lain

RADARSEMARANG.ID – Gedung utama bekas Asrama Brimob Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan, sudah mangkrak puluhan tahun. Cerita dan pengalaman-pengalaman mistis masih menyelimuti kompleks gedung itu. Wartawan koran ini bersama warga sekitar Muhammad Riziq mencoba datang ke sana malam hari.

Suasana di komplek gedung tersebut, Kamis (15/7/2021) malam tidak terlalu gelap. Masih ada lampu di gedung sebelah selatan. Juga dari dua rumah lain di sekitar sana. Lampu-lampu itu masih cukup membuat gedung utama Asrama Brimob Kedungwuni yang mangkrak puluhan tahun tertangkap mata.

Setiba di sana pukul 23.00 WIB, sudah sangat sepi. Komplek gedung ini terletak tepat di pinggir jalan raya Kedungwuni. Sepanjang jalan tersebut, termasuk di sekitaran Asrama Brimob, berjajar pedagang kaki lima (PKL). Tetapi waktu PPKM Darurat. Tak ada satu pun PKL yang masih buka. Pun toko-toko handphone demikian. Lampu penerangan jalan mati. Yang gelap justru jalan raya.

“Kamu dengar itu?” tanya wartawan koran ini kepada Riziq saat mendengar seperti sesuatu jatuh dari atap gedung utama.

Suaranya tidak terlalu keras. Hanya seperti kepingan genting atau ternit terjatuh. Tetapi saking sunyinya, suara sekecil itu tertangkap telinga. Itu terjadi ketika Riziq dan wartawan koran ini duduk-duduk di teras. Belum masuk ke gedung.

Baca juga:  Maluku yang Njawani

Namun Riziq bergeleng. Katanya ia tak mendengar suara itu. “Aku sedang fokus ke handphone. Paling itu kelelawar atau walet menjatuhkan sesuatu,” ucapnya.

Gedung utama itu kondisinya memang sudah tidak terawat. Pilar-pilar depan sudah roboh. Dirimbuni pohon dan tanaman liar. Tetapi secara keseluruhan gedung itu masih tampak gagah.

Ketika Riziq sedang mengamati gedung itu, wartawan koran ini masuk ke dalam gedung. Bermodal penerangan dari ponsel menembus gelapnya ruangan. Sangat pengap. Hawa lebih gerah. Wartawan koran ini tak betah. Tetapi berhasil melihat sekilas ruangan itu yang telah banyak kotoran kelelawar dan burung di lantai. Bercak-bercak kotoran juga ada di dinding-dinding.

Riziq dan wartawan koran ini lalu bergeser ke gedung sebelah selatan. Itulah bekas klinik yang sangat dikenal masyarakat sekitar. Konon, dulu korps Brimob memang membuka gedung itu untuk fasilitas kesehatan. Bahkan akhirnya menjadi klinik bersalin yang dikenal dengan klinik Bu Lien. Kabarnya, kini Bu Lien pindah tempat praktik di kediamannya.

Baca juga:  Kronologi Bom Bunuh Diri di Polsek Astana Anyar Bandung, Pelaku Terobos Barisan Apel Pagi

Gedung bekas klinik ini sekilas tampak terpisah dari gedung utama. Namun ternyata tidak. Ada lantai penghubung. Di sekitar situlah Riziq dan wartawan koran ini duduk-duduk. Riziq duduk menghadap ke timur. Wartawan koran ini duduk menghadap selatan membelakangi gedung utama.

Belum lama duduk-duduk di sana, suara sesuatu jatuh dari atap kembali terdengar. Lagi-lagi dari gedung utama. Riziq menoleh ke arah wartawan koran ini. Lalu melempar pandang ke atap gedung utama. “Kali ini aku dengar,” kata Riziq.

Dibanding yang pertama, suara yang kedua lebih jelas. Kali ini seperti kerikil yang mengenai kayu atau entah apa. Mereka berdua akhirnya berdiri. Masuk gedung utama dari pintu sebelah selatan. Tidak ada siapa-siapa.

Mereka akhirnya bergeser ke belakang gedung. Ada pohon cukup besar berdiri di sana. Ketika di sana, suara sesuatu jatuh dari atap kembali terdengar. “Pyarr..” begitu kira-kira bunyi suara itu. Lagi-lagi dari dalam gedung utama. Kali ini sangat jelas. Seperti kepingan genting yang jatuh. “Sepertinya ini peringatan,” ucap Riziq agak bercanda.

Baca juga:  Angin Kencang Tumbangkan 17 Pohon di Semarang

Wartawan koran ini juga berpikir begitu. Cukup merinding. Apalagi setelah Riziq bercerita, beberapa tahun lalu pernah ada orang meninggal di sana. Seorang kuli penebang pohon tewas seketika saat menebang pohon beringin di depan gedung utama. Ia terjatuh dari pohon itu dan tewas di lokasi.

“Namanya Mbah Marjo. Padahal orang itu terkenal karena biasa diminta menebang pohon-pohon yang dianggap angker. Tetapi akhirnya meninggal di sini,” kata Riziq.

Keesokan harinya wartawan koran ini kembali datang ke gedung bekas Asrama Brimob Kedungwuni. Selain mengambil gambar, juga untuk mengonfirmasi kebenaran cerita Riziq.

Kata Markisah, penjual rokok di kios depan komplek gedung itu, cerita Riziq benar. Ia lupa kapan tepatnya peristiwa itu. Ia menaksir, itu terjadi 2015. Markisah sudah 20 tahun berjualan di sana. “Kalau angker katanya sih angker. Tetapi saya belum pernah lihat apa-apa. Tetapi kata yang pernah melihat, gedung itu dihuni genderuwo, kuntilanak, anak kecil, macam-macam,” katanya saat ditanya keangkeran gedung itu. (nra/ton) 

 


Baca artikel dan berita terbaru di Google News


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya