
RADARSEMARANG.ID, SEJAK kecil Novianti sudah mempunyai bakat menari. Namun ia sempat berpikir untuk tidak melanjutkan dan menekuni hobinya tersebut.
Alasannya, karena ia ingin mengeskplore pengalaman yang lebih luas lagi.

Novi berhasil masuk menjadi mahasiswi Fakultas Bahasa dan Seni di Universitas Negeri Semarang (Unnes) juga berkat gurunya yang mendaftarkannya masuk perguruan tinggi melalui SNMPTN.
“Jadi, pendaftaran SNMPTN itu yang ngisi malah guru saya, mulai dari nilai dan berkas-berkas lainnya. Katanya saya itu cocok jadi penari, padahal saya nggak minat,” katanya kepada Jawa Pos Radar Semarang.

Berawal dari keterpaksaan karena sudah terlanjur lolos SNMPTN inilah yang membuat pola pikir Novi berubah. Gadis 21 tahun yang awalnya bosan menari ini akhirnya tergerak hatinya untuk mengeksplore seni tari lebih dalam.
Tak hanya kuliah, putri dari almarhum Suswoyo dan Tinasih ini juga mengajar menjadi guru tari di berbagai sekolah di Kota Semarang. Belajar seni tari melatihnya menjadi lebih sabar. Terutama setelah mengajar, ia bertemu dengan beragam karakter pada anak.
Meski lebih sulit mengajari anak-anak, ia tak patah arang. Meski modernisasi terus menggerus budaya tradisional. Baginya ini menjadi tantangan untuk melestarikan seni tari tradisional yang mulai ditinggalkan.
“Anak-anak ini kan jarang yang suka dengan tari. Nah ini kesempatanku untuk mengajak mereka melestarikan budaya tradisional, ya lewat seni tari ini,” imbuhnya.
Menurutnya, tari tradisional adalah kebanggaan negara yang harus dijunjung tinggi dan dijaga. Novi juga mengembangkan tari tradisional dengan tari modern. Berkat seni tari ia bisa mendalami berbagai kebudayaan yang ada di Indonesia.
“Iya, sama temen-temen juga mengembangkan tari kreasi. Seperti tari Semarang Semakin Hebat itu juga hasil dari kreasi anak-anak Unnes,” katanya.
Ke depan Novi ingin membuat sanggar sendiri. Tak hanya mendirikan dan melatih anak-anak untuk menari. Tapi, mengenalkan budaya daerah di Indonesia.
“Harapannya ingin punya sanggar sendiri, terus melatih anak-anak biar mereka tahu budaya tradisional di masing-masing daerah ini ada banyak,” ujarnya. (kap/aro)