
RADARSEMARANG.ID, Berprofesi sebagai guru di usia muda tentu menjadi tantangan tersendiri. Terlebih, harus pandai mengatur jadwal hingga menyajikan pembelajaran yang menarik untuk para siswa. Hal itu dirasakan Zulfa Kholida, guru di SD Negeri 04 Dukuhtengah, Brebes.
Zulfa –sapaan akrabnya–melakoni profesinya sebagai pengajar sejak tamat kuliah di Universitas Tidar pada Januari 2022 silam. Dia tak menyangka, jika bisa menjadi guru di usia muda. Yakni, 23 tahun.

“Saya memutuskan untuk menjadi guru SD. Karena senang bisa jadi panutan murid dan belajar bareng. Dari situ, saya jadi tahu karakteristik siswa,” ungkapnya kepada Jawa Pos Radar Semarang, Minggu (3/7).
Lulusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Tidar ini mengaku, menjadi guru SD tidaklah mudah. Harus memiliki bekal rasa sabar tinggi. Terlebih, dia termasuk guru honorer. Dia juga harus menyesuaikan kurikulum baru kepada anak didiknya.

“Kurikulum merdeka itu agak menyulitkan sekolah yang ada di pelosok seperti saya. Tapi, saya terus berusaha supaya anak didik bisa terus mengikuti pembelajaran sesuai kurikulumnya,” jelas putri pasangan almarhum H. Muhammad dan Hj. Muizzati ini.
Zulfa menceritakan, kesibukannya setiap hari adalah mengajar di sekolah dasar. Bertemu dengan anak-anak adalah hiburannya setiap hari. Apalagi selalu ada tingkah lucu muridnya yang membuat Zulfa tersenyum.
“Sebenarnya agak sulit ngajar anak SD itu. Tapi, saya punya cara tersendiri mengatasinya. Salah satunya membuat anak-anak nyaman dengan kehadiran saya sebagai guru mereka,” bebernya.
Tak hanya itu, saat mengajar Zulfa juga kerap memberikan ice breaking kepada siswa-siswinya agar tidak mudah bosan. Itu membuat anak didiknya bersemangat dan antusias belajar.
“Ada satu momen yang bikin saya sangat seneng. Yaitu, saat anak-anak belajar berhitung lalu saya mengetes mereka, dan langsung dijawab. Itu membuat saya beruntung, karena pelajaran yang saya berikan bisa dipahami anak-anak,” tandasnya. (dev/aro)