RADARSEMARANG.ID, Safira Dewi Aprilia merupakan freelancer muda di bidang fotografi. Ia mulai menekuni bidang fotografi sejak duduk di bangku SMK. Meski telah memiliki ketertarikan dengan dunia fotografi dari SMP, gadis asal Semarang itu mengaku tak memiliki device yang mendukung.
Awalnya, ia sering dipinjami kamera milik temannya. Berangkat dari sanalah, mendiang ibundanya membelikan sebuah kamera, yang kemudian dipergunakan untuk belajar fotografi di sekolah.
“Mama beliin kamera memang untuk saya belajar di sekolah saja, tapi saya punya pandangan lain. Kamera ini juga harus bisa menghasilkan uang dan memenangkan lomba,” kata gadis 18 tahun yang akrab disapa Fira ini kepada Jawa Pos Radar Semarang.
Dari situ, ia pun mencoba mengikuti lomba fotografi tingkat nasional yang diadakan oleh Canon Semarang Photo Marathon, dan berhasil meraih Juara Harapan II mengalahkan 2.000 peserta lainnya. Selanjutnya, ia semakin kecanduan mengikuti berbagai perlombaan fotografi lain. Seperti di Udinus, ia mendapat Juara I, Diponegoro National Photo Competition mendapat Juara III, lomba yang digelar UIN Walisongo mendapatkan Juara I, serta lomba yang digelar Dinas Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah mendapat Juara II.
Mahasiswi Komunikasi Penyiaran Islam UIN Walisongo Semarang ini mengaku, pernah beberapa kali mengalami kegagalan dalam lomba fotografi. Ia juga pernah mengalami kecurangan dalam perlombaan yang membuatnya trauma. Akan tetapi, ia tetap mencoba untuk terus belajar dan tidak pernah berhenti.
Hingga kini, Fira banyak mendapatkan job memotret. Misalnya, foto produk, acara lamaran, hingga foto pribadi yang diminta oleh klien. Meski menjadi fotografer freelance, tidak membuat kuliahnya terganggu.
“Kalau bagi saya, justru nyari ilmu sama nyari cuan (uang, Red) itu sejajar aja. Sebab, kalau nyari ilmu ada uang itu kan enak,” ujarnya sambil tersenyum.
Fira mengatakan, setiap usaha jangan cepat menyerah. Jika gagal harus dicoba lagi. “Tekuni bidang yang kita suka, maka Tuhan akan memberikan jalan,” katanya bijak. (mg4/aro)
