
RADARSEMARANG.ID, Adella Wulandari Cahyono namanya. Dara kelahiran 23 November 1997 ini memulai usaha nasi kebuli pada 2018. Memiliki ibu keturunan Arab dan jago masak nasi kebuli, memberinya ide untuk membuka usaha masakan Arab tersebut.
“Kayaknya kan masih jarang gitu rumah makan yang jual nasi kebuli di Semarang. Sebenarnya banyak pilihan menu awalnya, tapi kami pilih nasi kebuli karena rasanya yang paling bisa diterima masyarakat sini. Itu saja sekarang masih kita modifikasi rasanya biar lebih nendang tanpa menghilangkan rasa asli Arabnya,” ceritanya kepada Jawa Pos Radar Semarang.

Dara yang kerap dipanggil Adell ini mengungkapkan, kini ia memang belum memiliki karyawan. “Karena aku pribadi itu susah percaya orang, jadi sampai sekarang usaha masih di-handle sekeluarga. Untuk yang masak ada papa, mama, dan aku. Kakak ada sih, tapi bukan bagian masak. Sama ada pembantu rumah tangga yang memang sudah dari kecil kerja sama keluarga aku. Jadi, sudah seperti keluargalah,” lanjutnya.
Untuk modal awal, usahanya hanya bermodal bahan dan bumbu masakan saja. “Itu udah pasti tutup modal sih kalau sekarang,” ungkap mahasiswi Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata (Unika) Semarang ini.

Gadis yang sempat kerja sampingan sebagai model ini mengatakan bahwa usaha nasi kebulinya masih belum memiliki kedai tersendiri. “Jadi, masih berlokasi di rumah aku sendiri di Jalan Beton Mas 1 No C274, Tanah Mas, Semarang. Kalau mau beli ya bisa dimakan di rumah, dibawa pulang, atau bisa pesen lewat WhatsApp atau di Go-Food cari aja nasi kebuli Jeddah Fatimah,” ujarnya.
Dalam menjalankan usaha nasi kebulinya, Adell mengaku beberapa kali mengalami kendala. Dari harga bahan yang naik turun, hingga menjaga kualitas makanan. “Nasi kebuli itu kan banyak sekali penggunaan rempahnya, nah menurut aku harganya tergolong lumayan mahal sih. Kami pun pilih kualitas yang kami rasa paling bagus. Lalu karena ingredients nasinya itu ada santannya, kami harus bisa menjaga kualitas makanan agar tetap bagus. Kan kita buka dari pagi sampai malam. Selain itu, karena nasi kebuli tergolong makanan berat, pelanggan pun tidak akan datang tiap hari untuk makan nasi kebuli. Jadi, promosi terus biar ada pelanggan-pelanggan baru tiap harinya,” jelasnya.
Membagi waktu antara mengurus usaha dan kuliah ternyata bukan suatu masalah bagi gadis hobi berenang ini. “Aku sudah biasa bagi waktu sejak awal kuliah gitu. Dulu kan aku jadi model buat bayar kuliah sendiri. Paling kalau ada tugas, langsung aku kerjain gitu. Jadi nggak ada masalah atur jadwal kalau sekarang,” tambahnya.
Ke depannya, Adell berharap dapat memiliki kios atau toko sendiri untuk usaha kulinernya. Ia juga berharap dapat membuat usahanya semakin besar di Semarang, sehingga dapat membuka cabang di beberapa tempat. (mg5/aro)