RADARSEMARANG.ID, Pandemi korona memaksa semua elemen untuk bergerak bersama membendung penyebarannya. Termasuk para dokter gigi yang harus ekstra hati-hati. Banyak dokter gigi yang memilih tidak membuka praktiknya terlebih dahulu. Berikut bincang wartawan Jawa Pos Radar Semarang Dhinar Sasongko dengan dokter gigi Nunung Setyowati.
Mengapa dokter gigi sangat rentan dalam pandemi korona ini?
Penularan virus korona adalah melalui droplet (percikan ludah). Dokter gigi saat memeriksa pasien pasti meminta untuk membuka mulutnya. Ini yang rentan. Apalagi saat melakukan tindakan di dalam mulut seperti bor atau membersihkan karang gigi (scalling), rentan ada droplet dari mulut.
Sakit seperti apa yang harus dibawa ke dokter gigi untuk diperiksa?
Pasien dengan bengkak gusi. Selain itu jika ada trauma (kecelakaan) juga harus segera ditangani. Sementara untuk sakit atau lainnya bisa dengan obat dahulu.
Bagaimana jika dokter gigi terpaksa melakukan pemeriksaan kepada pasien?
Dokter gigi harus ekstra waspada saat memeriksa pasien. Semua pasien dianggap sebagai potensi yang bisa menyebarkan sehingga harus ketat protokolnya. Salah satunya adalah dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) yang tepat. Semua itu ada ketentuannya yang bertujuan untuk keselamatan semuanya.
APD seperti apa yang harus digunakan dokter gigi dalam bertugas?
APD yang digunakan adalah level 3. Yakni APD yang menggunakan pakaian hazmat. Selain tepat APD juga harus tepat pemakaian dan pencopotan. Selain itu, alat dan ruangan harus selalu didekontaminasi setiap usai memeriksa pasien.
Lalu bagaimana dengan ibu, apakah praktik juga?
Selama pandemi ini saya tidak praktik pribadi. Kebetulan saya berdinas di puskesmas dan beberapa hari ini selalu penuh dengan kegiatan rapid warga. Kami berharap semua masyarakat mematuhi instruksi pemerintah untuk selalu jaga jarak, memakai masker dan juga cuci tangan dengan air mengalir agar terhindar virus ini. (*/ton)