
RADARSEMARANG.ID – Basket di Salatiga tidak lepas dari nama Efri Meldy. Pelatih tim basket Satya Wacana Salatiga (SWS) ini juga dikenal di level nasional. Bukan hanya pelatih. Meldy juga merupakan pencari bakat.
Kiprah Efri Meldy di basket tidak lepas dari nama Danny Kosasih, ketua Perbasi saat ini. Awal perkenalan dengan basket dimulai ketika Meldy masih duduk di bangku SMK Muhammadiyah, Sumanik, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. “Saya suka bola voli. Namun saat SMK diajak basket oleh guru oleh raga Pak Suhendra,” ujar Meldy mengisahkan.

Dorongan dari sang guru membuat Meldy menekuni basket. Hingga ia main di tim Porda hingga Pra PON Sumatera. Lulus SMK, ia pun melanjutkan kuliah di Universitas Negeri Padang jurusan pendidikan kepelatihan olahraga.
Di perjalanan waktu, Danny Kosasih datang ke Padang pada 2007. Melihat tim Popnas Padang dan juga memberikan coaching clinic. Kebetulan di sela acara, Meldy diajak bertemu Danny. Saat itu mereka berkenalan dan spontan diajak gabung ke Jateng.

Meski awalnya menolak, namun tawaran itu terus terngiang. Ia meminta pertimbangan Suhendra, guru olahraga yang sudah dianggap sebagai orangtuanya. “Dijawab, kalau mau berkembang memang harus ke Jawa, ” ujarnya pria kelahiran 10 April 1983 ini. Akhirnya ia pun ikut Danny Kosasih.
Sampai di Jawa Tengah, Danny punya ide membentuk tim basket. Dengan konsep student athlete, mereka menawarkan ke sejumlah perguruan tinggi di Semarang dan Salatiga. Dan yang memiliki visi misi sama adalah UKSW. Akhirnya dibentuk tim basket UKSW.
Meldy menjadi asisten pelatih fisik. Tugasnya lumayan. Dari menyiapkan lapangan, makanan, hingga memijat pemain. Pulang berlatih, Meldy harus masak untuk para pemain. Bahkan juga keliling mengambil bahan makanan dari para donatur. Sepatu pemain, mereka minta sepatu bekas layak pakai dari tim besar. “Perjuangan dengan keringat dan air mata, ” kenangnya.
Ia menjadi asisten pelatih sembari belajar teknik kepelatihan. Saat ada jadwal bertanding Danny Kosasih berhalangan, maka itu kesempatan emasnya untuk praktik melatih.
Merasa cukup Meldy ingin pulang ke Padang untuk meneruskan kuliah. Namun digondeli Danny dan diminta pindah kuliah di Jawa. Pendidikannya pun dilanjut di UTP Solo dengan jurusan yang sama. Kini ia sudah menyandang gelar S2 dari UNS Solo. Bergelar Magister Olahraga atau M.Or.
Kerja kerasnya berbuah. UKSW juara Libama di 2008 dan 2009. Para pemain mendapat mess dan beasiswa kuliah. Meldy juga melatih basket privat untuk menambah penghasilan.
Karirnya terus moncer saat UKSW masuk ke liga nasional IBL 2010. Tampuk pelatih kepala berganti dari Danny Kosasih ke Simon Wong. Ia tetap dipercaya sebagai asisten pelatih. Banyak ilmu baru yang diperolehnya.
Kesempatan datang saat kompetisi berjalan 2013. Pada seri di Malang, Simon Wong tidak bisa mendampingi tim karena ada urusan keluarga. Lawan yang dihadapi adalah Bimasakti. Meldy pun memegang tim. Hasilnya, SWS berhasil menang. Dan itu kemenangan pertama SWS atas Bimasakti. Hasil itu akhirnya membuatnya dianggap kapabel untuk membawa tim. Dan ia menduduki tampuk pelatih kepala.
Dalam perjalanan, ia mendapatkan tawaran melatih dari beberapa klub. Namun semua belum diterimanya. Pertimbangannya adalah hubungan emosional. Membangun tim dengan susah payah.
Berbekal ilmu dasar kepelatihan dari Danny Kosasih, pembentukan karakter pemain dari Suhendra serta pentingnya detil di lapangan dari Simon Wong, Meldy mendapat beberapa kepercayaan. Pada 2012, ia diminta bergabung dengan tim pelatih timnas U16. Kemudian pelatih fisik timnas U18. Kemudian pada 2018, ia kembali diminta mendampingi timnas putri di ASEAN Games. Bahkan pada 2016, ia terpilih sebagai coach of the year.
Beberapa pemain polesannya yang kini masih berkarir antara lain Valentino Wuwungan, Ragil (Pelita Jaya), Firman Dwi Nugroho (Prawira), Lutfianes Gunawan, Yurifan Husein (Louvre), Andri Adriano, Cio Manuputty (West Bandit), Tri Hartanto, Yoshua (Bali United). “Saya masih berobsesi menjadi head coach di Timnas,” ujarnya.
Habiskan Waktu Luang dengan Anak
Perjalanan karir Meldy berbanding lurus dengan kehidupan pribadinya. Pada tahun 2014, ia mengakhiri masa lajang dengan menikahi Siti Aisyah. Gadis yang masih memiliki hubungan kerabat.
Usai menikah mereka memilih kos. Baru tiga tahun terakhir ini mereka kontrak rumah. Biasanya, dalam setiap turnamen Meldy mengajak sang istri. “Tetapi kini anak sudah besar. Jadi ditinggal di rumah sama anak, ” jelasnya.
Anak pertama lahir tahun 2015 dan diberi nama Siti Aqilah Hasya Azzahra. Tahun 2020 mendapat amanah lagi anak cowok. Dinamai Muhammad Malik Al Fatih. “Anak-anak nggak usah terjun di dunia basket. Tapi entah nanti kemauan mereka apa,” ujarnya sambil tertawa.
Di masa pandemi ini, Meldy terus melatih pemainnya. Kadang di sela waktu, ia menjadi narasumber untuk seminar atau penataran pelatih. “Dulu suka membaca buku. Tetapi setelah ada anak-anak, waktu luang lebih banyak digunakan untuk bermain sama mereka, ” papar putra kedua pasangan Masrul – Emawati tersebut. (sas/lis)