26 C
Semarang
Senin, 27 Maret 2023

Prokem Semarangan Dulu Bahasa Rahasia Preman, Kini Jadi Bahasa Anak Muda

Artikel Lain

RADARSEMARANG.ID – Ada sekitar 718 bahasa daerah yang terindentifikasi di Indonesia. Salah satunya bahasa Jawa. Bahasa daerah yang paling banyak digunakan di Indonesia ini ternyata memiliki beragam jenis dan perbedaan antardaerah satu dengan lainnya. Masing-masing bahasa Jawa memiliki ciri khasnya tersendiri. Salah satunya adalah bahasa Prokem Semarangan yang biasanya dipakai oleh anak-anak muda di Semarang sebagai bahasa sehari-hari. “Bahasa Prokem Semarangan ini dikembangkan dari bahasa Jawa,” kata Dosen Linguistik Undip Dr Suyanto SA M.Si kepada Jawa Pos Radar Semarang,  Kamis (28/1/2021).

Rumus bahasa Prokem Semarangan adalah penukaran konsonan huruf pertama alfabetis bahasa Jawa (h) dengan huruf ke-20 (ng); huruf ke-2 dengan huruf ke-19; huruf ke-3 dengan huruf ke-17 dan seterusnya serta sebaliknya. Kata-kata yang ditukar ini berasal dari alfabetis bahasa Jawa yang terdiri atas 20 huruf yaitu: ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, pa, dha, ja, ya, nya, ma, ga, ba, tha, nga.

“Contoh dari bahasa Prokem Semarangan adalah kata mangan [ma nga n] menjadi kahath [ka ha th], kata wedok menjadi dhenyom, kata kanca menjadi mathba dan lain-lain,” jelas pria yang akrab dipanggil Suyanto ini.

Baca juga:  Sah! IAIN Salatiga Resmi Bertransformasi Jadi UIN

Dalam sejarahnya, ternyata bahasa Prokem Semarangan awalnya digunakan sebagai sandi atau pesan rahasia. Pada 1980-an bahasa ini dipergunakan oleh kalangan gali (gabungan anak liar), preman, dan pelaku kekerasan lain dengan maksud untuk merahasiakan pesan yang disampaikan agar tidak diketahui kelompok atau komunitas lain. Akan tetapi dalam perkembangannya, bahasa Prokem Semarangan dipergunakan oleh kelompok lain yang lebih luas, seperti pelajar, mahasiswa atau komunitas anak muda lainnya.

Baca juga:  Geger! Warga Pulutan Salatiga Temukan Pria Gantung Diri di Kebun Belakang Masjid

“Di daerah kos-kosan sekitar Kusumawardani misalnya, anak-anak kos (laki-laki) berbaur dengan anak-anak ibu kos ketika sore hari di teras rumah sambil mengomentari mahasiswi yang lewat dengan komentar denyom ngatu (wedok/cewek ayu) atau denyom jekom (cewek semok),” ujarnya.

Ia menjelaskan, beberapa daerah yang menggunakan bahasa Prokem Semarangan berada di sekitar daerah Bandarharjo dan Barutikung (Semarang Utara), Tegalsari (Semarang Tengah), dan Pucang Gading (Semarang Timur). Kerap digunakan komunitas rawan sosial dan berbagai tempat nongkrong anak-anak muda terutama anak-anak asli Semarang, seperti Pleburan dan sekitarnya, daerah Bendan, Sampangan, Sidodadi dan lainnya. “Sampai saat ini, perkembangan Prokem Semarangan hanya diketahui dan dipergunakan kelompok tertentu dan di wilayah tertentu,” tutur pria asal Cilacap ini.

Baca juga:  RESMI! PSIS Semarang Datangkan Pemain Terbaik Liga 1, Taisei Marukawa dan Carlos Fortes

Meski awalnya dipakai untuk kelompok preman dan rawan sosial sebagai sandi atau pesan rahasia, saat ini bahasa Prokem Semarangan dalam penggunaannya lebih dipakai untuk menunjukkan rasa keakraban, menyindir, menciptakan suasana humor, mengritik, dan menyuruh. Bahasa ini sudah lebih akrab di kalangan anak muda. “Umumnya dipergunakan dalam situasi informal atau santai,” ucap pria berumur 54 tahun ini.

Lebih lanjut, Suyanto berpendapat bahwa penyampaian melalui media sosial, media massa, dan berbagai cerita fiksi yang sarat penggunaan Prokem Semarangan cukup efektif dalam mengenalkan bahasa ini agar tidak musnah. “Karena media-media itulah yang umumnya diakses oleh warga Kota Semarang, baik anak-anak muda, ibu rumah tangga, maupun kelompok yang lain,” pungkas Suyanto. (mg1/ida)


Baca artikel dan berita terbaru di Google News


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya