RADARSEMARANG.ID, Ungkapan uang bukan segala-galanya. Tapi segalanya butuh uang, memang ada benarnya. Tak dipungkiri, tanpa uang bakalan semrawut. Seperti John Dori ini. Gara-gara masalah uang, ia pun dituntut. Maklum, sebagai kepala rumah tangga memang seharusnya begitu: memenuhi nafkah lahir maupun batin.
Tak hanya bikin senang. Persoalan duit juga bikin sulit. Apalagi kalau sudah menyangkut tanggung jawab, kudu siap dan waswas. Dulu, Lady tak begitu mempersoalkan masalah ekonomi. Ia meyakini setelah menikah rezekinya akan mengalir berkah. Di tahun-tahun pertama memang lancar, ia bisa beli ini itu. Bahkan John dengan leluasa menuruti segala keinginan. “Ya dulu usahanya lancar, ibaratnya beli apa saja bisa,” katanya.
Beberapa tahun selanjutnya, usahanya mulai mengalami surut. Meski begitu, ia tetap jadi istri yang makmur. Tabungan masih ada, tak perlu khawatir bakal jatuh miskin. Tapi gara-gara keteledorannya ini, ia mengalami kesulitan. “Mulai seret, tabungan juga menipis,” keluhnya.
Ia mengaku boros. Gampang tergoda membelanjakan uang. Apalagi ia sudah terbiasa dituruti suami, jadi sangat sulit untuk bisa prihatin.
Lama-lama usaha suaminya ambruk. Kebutuhan ekonomi mulai goyah meski tidak secara drastis. Tapi cukup terasa bagi Lady. Demi melangsungkan kehidupan, Lady meminta suaminya untuk bekerja. Apa saja yang penting ada pemasukan. Agaknya dia sudah gatal ingin foya-foya lagi.
Prinsip Lady, poros rumah tangga ada pada masalah finansial. Dengan begitu, kasih sayang akan lancar. Hal ini berlaku sebaliknya. Gara-gara persoalan ini, Lady dan John kerap ribut. Masalah kecil jadi besar. Tak lagi adem ayem. Bagi Lady, suaminya sudah gagal. “Namanya lelaki ya kudu bisa memenuhi kewajiban. Kalau gak bisa ya wassalam. Jangan menyalahkan kalau saya minta pegatan,” ucapnya ketus. (ifa/aro)