
RADARSEMARANG.ID, Banyak yang menyayangkan perpisahan Lady Sandi dan John Dori. Sebab, meski hidup sederhana, pasangan ini terlihat harmonis. Tapi, siapa sangka, ternyata di balik keharmonisan itu tersimpan bom waktu yang sewaktu-waktu meledak.
“Ya, kenyataannya tidak seperti itu, makanya banyak yang shock pas tahu kita pisah,” kata Lady saat menunggu sidang di Pengadilan Agama Semarang.

Lady menjelaskan, pertikaian yang terjadi sudah lama. Tapi baru-baru ini, ia berani memutuskan untuk mengakhiri hubungan rumah tangganya. Ibu dua anak ini sudah tidak tahan dengan sikap suaminya yang gampang emosi.
Saat di hadapkan banyak orang, John memang pendiam. Seakan tak ada masalah. Ia cukup pandai menutupi perasaannya. Berbeda ketika di rumah, John bisa berubah 180 persen.

“Makanya banyak yang nggak percaya, padahal dari dulu dia sudah emosian, cuma ia pinter buat nutupi,” ujarnya.
Selama ini, Lady memilih diam, karena tak ingin memperkeruh suasana. Ia tak ingin ribut, dan memilih untuk mengalah daripada memperpanjang masalah. “Selama dia gak main tangan saya masih toleransi,” katanya.
Sayangnya, John telanjur melakukan kekerasan. Hingga membuat Lady marah besar, dan membuatnya harus menuntut cerai di Pengadilan Agama Semarang. Ia kecewa. Ternyata sikap mengalahnya selama ini tak cukup membuat John berpikir dan sadar.
John menyesal tidak sejak dulu meminta pisah. Justru membiarkan John rutin menyiksa batin. “Saya pikir orang kan bakal berubah, jadi saya tahan. Ternyata penantian saya gak berbuah manis,” ujarnya.
Lady mengungkapkan suaminya lupa dengan komitmen yang sudah mereka buat. Marah boleh asal tidak main tangan. Komitmen ini harusnya jadi patokan dan cambukan, bukan dipraktikkan. Karena itulah, Lady tak memberikan kesempatan bagi John.
Cukup sekali saja ia disakiti dengan kekerasan fisik. Ia takut jika dibiarkan bakal kebablasan. Baru sekali saja sudah trauma apalagi jika berulang kali. “Cukup tahu aja, intinya biar gak makin parah. Ya, cara saya menjaga diri seperti ini,” katanya. (ifa/aro)