
RADARSEMARANG.ID – Jawa Pos Radar Semarang masih memiliki peminat setia di tengah perkembangan teknologi saat ini. Pembaca koran pun belum sepenuhnya beralih ke media online yang saat ini sedang bertumbuh pesat.
Sensasi membaca surat kabar nyatanya masih memiliki ruang di hati para pembaca setianya. Meskipun zaman semakin maju dengan berkembangnya media online, suara tukang antar koran dan aroma kertas koran yang khas tak bisa digantikan. Begitulah yang dirasakan oleh salah satu dosen Unversitas Darul Ulum Islamic Center (Undaris) Kabupaten Semarang Dr Sutomo MPd.

Sutomo yang saat ini tinggal di Jalan Garuda, Ungaran, Kabupaten Semarang telah puluhan tahun membaca dan menikmati koran. Sudah lebih dari 40 tahun. Sejak kuliah di Universitas Jember (Unej), ia sudah mendapatkan informasi-informasi terkini dari koran Jawa Pos. Termasuk setelah menjadi dosen di Undaris Ungaran, ia tetap setia membaca Jawa Pos yang di dalamnya terdapat suplemen Radar Semarang.
Diakui, dulunya hanya tiga koran yang selalu dibaca setiap pagi, salah satunya Jawa Pos Radar Semarang yang menjadi favoritnya. Kini, dia berlangganan dua koran, dan yang tidak bisa ditinggalkan adalah Jawa Pos Radar Semarang. “Saya jadi tahu berita nasional dan internasional maupun berita daerah yang dimuat di halaman surat kabar Jawa Pos Radar Semarang,” ujarnya.

Menurut Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Undaris ini, yang menarik di Koran Jawa Pos Radar Semarang cukup banyak. Salah satunya yang ia rasakan yakni gaya penulisan berita yang memakai bahasa populis. Sehingga berita-berita yang dibaca mudah dicerna oleh masyarakat. Terutama berita-berita kedaerahan yang dekat dengan masyarakat. Terlebih lagi dengan adanya berita-berita dari daerah membuatnya tahu bagaimana kondisi di daerah-daerah lain.
“Dengan demikian, ketika terdapat berita dari daerah itu paling tidak mengingatkan sanak saudara yang ada di Jawa Timur atau mengingatkan tempat-tempat yang pernah saya kunjungi,” kata pria kelahiran Blitar, 1 September 1960 ini.
Selain itu, isi-isi berita yang setiap hari berbeda membuat lebih menarik untuk dibaca, sehingga menimbulkan rasa penasaran. Bagi Sutomo, kolom Tajuk Rencana (Jatidiri, Red) adalah salah satu kolom yang wajib dibaca. Terutama berita-berita yang sesuai dengan profesinya sebagai dosen. Yakni, berita-berita tentang penelitian maupun pelatihan yang difasilitasi dan dimuat di koran.
“Ini juga sebagai bahan menarik untuk diskusi ketika saya mengajar mata kuliah tertentu. Kaitannya dengan pembelajaraan, evaluasi, dan lain-lain jadi materi itu juga mendukung profesi saya,” jelasnya.
Ia menyebutkan selain rubrik-rubrik tersebut, rubrik sosok maupun tokoh juga menjadi hal ringan yang wajib dibaca setelah membaca berita-berita yang isinya terasa berat. Apalagi pada saat weekend atau akhir pekan di mana koran Jawa Pos Radar Semarang banyak memberikan berita yang sifatnya ringan untuk dibaca. “Kemudian saya juga menikmati karya seni walaupun bukan orang seni. Salah satunya fotografi, yang setiap minggunya banyak hasil jepretan dengan berbagai judul kegiatan,” ungkapnya.
Untuk ke depannya, ia berharap agar koran bisa berkembang dan menyesuaikan dengan perkembangan saat ini. Agar bisa berjalan bersama-sama dengan media online. Ia meyakinkan kepada pengelola Jawa Pos Radar Semarang untuk tetap optimistis. Sebab, penikmat koran akan selalu ada walaupun jumlahnya tidak sebanyak yang dahulu. “Karena koran akan selalu berkembang sesuai dengan zamannya,” katanya.
Menurut Sutomo, isi dan konten sudah banyak yang bagus. Menurutnya, koran yang menarik dan banyak dibaca itu sesuai dengan kelas pembacanya. Seperti contoh petani membaca koran yang isinya tentang pertanian, dan pedagang yang mencari berita tentang perdagangan. “Setiap orang pastinya memiliki tujuan dan motivasi untuk membaca berita, terutama di koran,” ujarnya. (nun/ton)