
RADARSEMARANG.ID, Setyo Budi, dulunya mengidap kanker kelenjar getah bening atau Non Hodgkin Limfoma. Tetapi dalam perjalanannya, ia berhasil sembuh dari kanker berkat mengonsumsi makanan organik. Karena itu, ia membuka kafe serba menu organik di Salatiga.
NURFA’IK NABHAN, Radar Semarang

PENYAKIT kanker satu dari lima penyakit yang mematikan menurut catatan organisasi kesehatan dunia WHO. Untuk pengobatannya biasanya dengan kemoterapi, dan belum terdapat obat yang ampuh mengobati penyakit tersebut. Namun ternyata mengonsumsi makanan organik menjadi salah satu alternatif yang cukup mujarab untuk pengobatan kanker.
Hal ini yang telah dibuktikan oleh Setyo Budi, owner Kafe Tanasurga di Jalan Sidomulyo, Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga. Kepada Jawa Pos Radar Semarang, ia menceritakan kanker yang diidapnya diketahui saat ia sedang bertugas dan bekerja untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Sudan pada 2016. Ketika bertugas di Sudan tepatnya di daerah Darfur, terdapat musim badai debu yang bisa berlangsung berjam-jam.

“Jadi, debu tersebut masuk ke mata saya dan menyebabkan bengkak, kemudian berair dan merah,” ceritanya.
Awalnya, Budi –sapaan akrabnya–menganggap hal tersebut hanyalah sebuah infeksi belaka.
Hal tersebut semakin membuatnya yakin ketika berobat di Khartum, ibukota Sudan, bahwa dokter spesialis mata di sana mengungkapkan yang dialaminya hanyalah sebuah infeksi.
Saat pulang ke Indonesia, ia memutuskan kembali berobat karena disuruh oleh ibunya untuk second opinion. Budi pun berobat ke Rumah Sakit St Elisabeth Semarang dan di suruh CT Scan.
“Namun saat itu saya harus kembali ke Sudan untuk bekerja, maka saya kembali ke Jakarta. Sewaktu di Jakarta, paman saya bilang sebaiknya periksa dulu di Rumah Sakit Mata di Jakarta,” jelasnya.
Saat periksa itu, ia membawa hasil CT Scan dari RS Elisabeth. Namun ia tidak bisa baca karena memakai tulisan sifatnya akademis kedokteran. Di rumah sakit mata itu, Budi bertemu dengan salah satu dokter spesialis mata dan langsung menyimpulkan kalau sakitnya bukan karena infeksi melainkan kanker.
Setelah mendapatkan hasil tersebut, ia disarankan untuk melakukan operasi di Jakarta. Hal tersebut menjadi drama di kehidupannya, karena seumur hidupnya tidak pernah mengalami penyakit seperti itu. Kebetulan waktu itu, ia akan melangsungkan pernikahan dengan Arina, istrinya sekarang.
“Dan hasil diagnosa mengatakan bahwa mata saya harus diambil. Karena kalau tidak, tumor atau kanker ini akan menuju ke otak dan akan menyebabkan kematian,” ungkapnya.
Setelah melakukan operasi, ia juga harus masih melakukan kemoterapi untuk berjuang sembuh total. Sebanyak enam kali ia melakukan kemoterapi dan tujuh bulan dirawat di Jakarta untuk terus melakukan kontrol.
Budi mengatakan, pada saat itu terdapat salah satu orang ahli gizi yang mendampingi selama pengobatan berjalan. Dan menyarankan untuk mengonsumsi makanan organik disamping pengobatan kemoterapi. Di bulan Agustus 2017, ia keluar dari rumah sakit dan langsung menerapkan apa yang sudah disarankan. Ia pun membuat kebun seluas 200 meter persegi di area rumahnya. Awalnya, hanya ditanami untuk kebutuhan pribadi dan kelurga.
“Setelah mengonsumsi makanan organik tersebut, hasilnya pun berbeda. Walaupun harus enam bulan sekali control, akhirnya pada Oktober 2021 saya dinyatakan sembuh total,” ceritanya penuh syukur.
Bermula dari itulah, muncul ide membuka kafe dengan konsep dari kebun ke meja makan. Pada saat itu makanannya pun masih sedikit karena luasan kafé masih kecil. Selain itu, pengunjung yang datang didominasi orang-orang yang memiliki penyakit. Tentunya dengan mengetahui makanan yang dibuat bersama istrinya berasal dari bahan organik dan konsep yang diusung banyak pengunjung yang meminta untuk memasak menu sehat.
“Dari situ kami melihat peluang yang kelihatannya terdapat pangsa pasar walaupun hanya kecil. Dan kemudian kami berani melakukan ekspansi dalam bentuk resto dengan berbagai menu yang bervariasi,” katanya.
Istri Setyo Budi, Arina, menambahkan, terdapat dua pilihan menu, yakni dari bahan organik dan hidroponik. Berdasarkan kacamata pribadi, hidroponik itu harus dialirkan air, memakai energi, dan memakai obat-obatan di dalamnya. Ia lebih memilih bahan organik karena memiliki misi untuk merevitalisasi tanah. Karena dengan adanya tumbuhan organik sama dengan menetralkan tanah.
“Kita ada sebagian bahan baku yang menanam sendiri, namun ada sebagian yang beli dari luar seperti bunga telang,” jelasnya.
Seiring berjalannya waktu Kafe Tanasurga tidak hanya dikunjungi oleh orang-orang penyintas penyakit kanker. Melainkan banyak pengunjung yang tertarik dengan berbagai menu serba organik yang ditawarkan. Kini, menu makanan dan minumannya pun semakin bervariasi. (*/aro)