
RADARSEMARANG.ID, Hari ini (25/2), Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga akan melepas 1.180 winisuda. Dua winisuda menjadi lulusan berprestasi, yakni Juzack Kristiadhy dan Ahmad Kathrisansyah.
DHINAR SASONGKO, Salatiga, Radar Semarang

MENGHABISKAN masa studi di Kampus Indonesia Mini, dua lulusan UKSW ini telah berhasil ditempa hingga mampu menjadi sosok minorita yang berdaya cipta (creative minority).
Berbekal kemampuan memecahkan masalah dengan cepat, tanggap dan tepat, mereka kini menjadi dua dari puluhan bahkan mungkin ratusan lulusan lainnya yang berhasil menorehkan prestasi selama studi di kampus yang memegang teguh warisan budaya para pendirinya.

Dua lulusan tersebut adalah Juzack Kristiadhy, lulusan Program Studi (Prodi) Pendidikan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi (FTI), serta Ahmad Kathrisansyah, lulusan Prodi Teknik Elektro Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer (FTEK). Keduanya menjadi wajah lulusan berprestasi yang merajut karya di UKSW.
Juzack Kristiadhy merupakan lulusan yang meraih Indeks Prestasi Komulatif (IPK) tertinggi dari 1.180 winisuda yang akan diwisuda oleh Rektor UKSW Prof Dr Intiyas Utami SE MSi Ak, Sabtu (25/2) hari ini. IPK 3.98 diraih putra pasangan Nugrohadi Rumpoko dan Evi Krisani ini dengan penuh perjuangan.
Sejak masuk bangku perkuliahan, Juzack –sapaan akrab Juzack Kristiadhy– selalu mengejar ilmu pengetahuan baru yang dapat dipelajari.
Menyelesaikan tugas kuliah sebelum melakukan aktivitas lainnya menjadi prioritas pria kelahiran Bekasi ini. Hingga raihan IPK tinggi adalah bonus baginya.
“UKSW selalu mendorong dan menghargai setiap mahasiswa yang berasal dari berbagai latar belakang untuk dapat berkembang semaksimal mungkin. UKSW sebagai garba ilmiah dan juga dosen-dosen di Prodi PTIK sangat memberi ruang untuk saya berkembang.
Selain itu, saya juga banyak mengasah skill untuk mengikuti lomba di luar kampus,” ujar Juzack yang saat ini telah bekerja sebagai IT Gateway Solution Programmer Analyst di PT Sumber Alfaria Trijaya, Tbk (Alfamart) ini.
Profil lulusan dengan segudang prestasi lain ditampilkan oleh Ahmad Kathrisansyah. Pemuda yang akrab disapa Sancha ini sejak awal menjadi mahasiswa hingga menjelang lulus rutin menyumbang berbagai medali dari cabang olahraga Tarung Drajat. Belum lama ini, Sancha berhasil meraih medali emas dalam Pekan Olah raga Mahasiswa Nasional (POMNAS) 2022.
Tak hanya itu, pria kelahiran Sukoharjo ini memperoleh dua hibah penelitian dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2021 yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi–Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa).
Dua proposal yang diajukannya untuk skema PKM Karsa Cipta mengenai sistem pemantauan dan pendataan untuk asset berpindah menggunakan mikrokontroler serta alat pengering lapangan outdoor yang bekerja secara otomatis dengan menerima input nilai untuk panjang dan lebar lapangan tempat alat akan dijalankan berkesempatan meraih uang penelitian.
Membagi waktu antara kuliah, kompetisi, dan melakukan penelitian dilakoni dengan apik oleh Sancha.
“Selalu mempersiapkan diri dengan matang untuk ketiganya, baik untuk masa persiapan atau hari pelaksanaan. Saya juga berusaha memaksimalkan waktu yang ada meskipun merasa lelah,” kata Sancha saat ditanya mengenai kunci suksesnya meraih prestasi di beberapa bidang.
Profil dua lulusan universitas yang telah terakreditasi institusi unggul ini adalah wujud kompetensi lulusan yang tidak hanya andal dalam hal kemampuan hardskill, namun juga pada penguasaan softskill dan kemampuan untuk penguasaan diri, bekerja dalam kelompok maupun menguasai berbagai bidang ilmu secara interdisiplin maupun transdisiplin.
Kampus Indonesia Mini, sebagaimana disampaikan Rektor UKSW Prof Dr Intiyas Utami, menerima mahasiswa dari seluruh wilayah Indonesia dan dosen serta tenaga kependidikan yang berasal dari berbagai pelosok nusantara. Keberagaman menyatukan hati untuk saling memahami antara satu budaya dengan budaya yang lainnya.
Untuk membentuk kompetensi lulusan, lanjut dia, para mahasiswa dibentuk secara menyeluruh menjadi minorita yang berdaya cipta. Metode pembelajaran dirancang agar mahasiswa secara kritis-aktif melakukan persekutuan ilmiah (magistrorum et scholarium). “Kemampuan untuk memecahkan masalah dengan cepat, tanggap dan tepat menjadi tak terelakkan lagi,” ujarnya.
Dengan berlandaskan pada pengetahuan dan berpikir kritis, kata dia, maka pemecahan masalah didasari pada pertimbangan ilmiah dan berpegang teguh bahwa “Takut akan Tuhan sebagai awal pengetahuan” (Amsal 1:7a).
Rektor Intiyas Utami menegaskan, jika dunia butuh lulusan yang siap terjun langsung berhadapan dengan masalah organisasi. Oleh karena itu, lulusan UKSW diminta untuk melakukan setiap karya dengan mengobarkan semangat UKSW Satu Hati (Sinergis, Patuh, Harmonis, Teladan dan Integritas).
“Belajar terus sepanjang hayat dan jangan lelah belajar untuk setiap hal yang ada di sekitar nantinya. Karya yang sudah dirajut kiranya berdaya dampak untuk pengambilan kebijakan maupun memecahkan masalah bangsa,” paparnya.(*/aro)