RADARSEMARANG.ID, Batang – Ponpes Nashrul Huda II di Kabupaten Batang mengembangkan tanaman kacang Sacha Inchi untuk para santri. Mereka juga punya petani binaan yang memiliki lahan hingga 10 hektare. Kacang ini dikembangkan karena memiliki nilai jual tinggi dan punya kandungan omega 3 yang lebih tinggi dari ikan salmon.
Kacang berbentuk seperti bunga dalam gambar batik ini belum memiliki nama resmi di Indonesia. Masyarakat juga belum banyak yang tahu. Karena baru beberapa tahun lalu masuk ke Indonesia. Kacang ini biasa disebut Sacha Inchi, penyebutan di Thailand. Ponpes Nashrul Huda II, Desa Sangubanyu, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang membudidayakan tanaman tersebut.
Jawa Pos Radar Semarang pun menyempatkan datang ke ponpes tersebut. Jam di ponsel menunjukkan pukul 15.00. Rintik hujan menyambut kedatangan koran ini. Di sana bertemu dengan Syafiq, pengasuh Ponpes Nashrul Huda II. Perbincangan dimulai dengan pertanyaan, ini kacang apa?
Syafiq menjelaskan, jika Sacha Inchi berasal dari Peru, Amerika Selatan, kemudian dibudidayakan di Thailand, Vietnam, China, dan Malaysia. Nama Sacha Inchi sendiri merupakan sebutan dari negara Thailand. Di Indonesia belum memiliki nama resmi. Sementara di negara asalnya disebut dengan kacang Inka.
Kacang jenis ini punya nilai jual cukup menjanjikan. Kandungan asam lemak, seperti omega 3, omega 6, dan omega 9 di dalamnya sangat bermanfaat bagi kecerdasan anak. Kandungan omega 3-nya bahkan mengalahkan ikan salmon. Kacang ini banyak dimanfaatkan untuk pengobatan, treatment diet, hingga olahan makanan.
Hampir setengah jam berbincang, hujan mulai reda. Koran ini diajak ke kebun melihat secara langsung tanaman Sacha Inchi. Tanamannya merambat.
Kacang yang masih muda terbungkus kulit tebal berwarna hijau menyerupai bintang. Berisi empat hingga lima biji. Sementara Sacha Inchi yang tua berwarna coklat kehitaman.
