26 C
Semarang
Selasa, 28 Maret 2023

Kena PHK, Ngamen Dicemooh, Akhirnya Pilih Jadi Badut Jalanan

Artikel Lain

RADARSEMARANG.ID – Manusia silver jalanan hingga kini masih berkeliaran di setiap lampu merah di jalan protokol Kota Semarang. Kini ada lagi, badut jalanan. Mereka kebanyakan mangkal di SPBU, Pizza Hut, kadang di pinggir jalan protokol.

Berdiri di pinggir jalan berjam-jam tidak masalah. Asal mengenakan pakaian badut warna ngejreng, celana kotak-kota merah biru yang dipadu dengan baju merah kuning, lengkap dengan wig warna pirang, dan wajah tertutup topeng badut. Tidak akan terlihat siapa sebenarnya orang di balik topeng badut.

Itulah Wibowo warga Semarang. Demi mengais rezeki untuk keluarga, ia mangkal di depan SPBU sudah sejak tiga bulan yang lalu. “Kena PHK, lalu menjadi badut,” katanya kepada wartawan Jawa Pos Radar Semarang.

Dia mengaku sudah dua tahun ia bekerja di Kawasan Industri Candi. Namun perusahaan tersebut melakukan pengurangan karyawan saat pandemi Covid-19. Termasuk dirinya salah satu yang diberhentikan. Tak mau berpangku tangan,

Wibowo memutuskan menjadi pengamen jalanan. Hingga akhirnya kenal dengan teman-teman badut. “Terus saya diajak menjadi badut. Tiga bulan terakhir ini saya mbadut,” katanya Jumat (4/2).

Akhirnya ia memilih menjadi badut daripada mengamen. Jadi badut hanya perlu joget dan tidak berkeliling. Selain itu, jadi badut bisa menutupi identitas diri. Pasalnya, selama mengamen, Wibowo banyak dicemooh masyarakat. Selain itu, kalau jadi badut, anak istri tidak tahu.

Baca juga:  Soal Kawasan Industri, Menkeu: Kendal Harus Belajar dari Batang

“Kalau saya ditanya anak istri, ya bilangnya mau cari uang yang halal. Kalau ngamen kan mereka tahu. Kalau sekarang mereka tidak tahu,” jelasnya.

Selain itu, pakaian badut bisa menyewa di tempat persewaan baju. Dulunya dia bersama tiga orang temannya. Dua temannya di Kalibanteng. Kalau di SPBU harus gantian.

Dirinya mulai pukul 09.00 sampai pukul1 14.00, terus gantian sama temannnya. “Meski jadi badut jalanan juga pernah nombok, karena sepi. Tidak cukup buat biaya sewa baju. Biasanya pas hujan itu sepi,” jelasnya.

Ia menyewa kostum badut dari tetangganya Rp 50 ribu. Tapi kalau harga sewa kostum karakter lebih mahal lagi. Sedangkan omzetnya Rp 70 ribu sampai Rp 100 ribu. “Kalau badut kan hanya Rp 50 ribu. Kalau karakter seperti upin-ipin jadi Rp 80 ribu,” jelasnya.

Selain mbadut di SPBU, juga mengisi di acara ulang tahun anak-anak. Biasanya, orang tua anak mendekatinya saat mbadut di pinggir jalan. Meminta kesediaannya untuk mengisi acara ulang tahun. “Kemudian, saya biasanya akan dijemput dan kalau sudah selesai, ya diantar ke tempat saya mangkal,” tuturnya.

Baca juga:  Nasi Uwet Haji Zarkasi Pekalongan, Daging Kambing dan Jeroan Diikat, Rasanya Tidak Ruwet

Pernah dua kali Wibowo mengisi acara pesta ulang tahun di Poncol dan di Puri Anjasmoro dengan hiburan sulap. Tapi bayarannya suka rela. Pernah nombok, tidak cukup untuk sekedar menutup biaya sewa kostum. “Tapi pernah di acara ulang tahun, ada yang ngasih Rp 200 ribu atau Rp 150 ribu,” katanya bersyukur.

Belum ada kendala selama ia menjadi badut. Ia hanya pernah dinasehati oleh Tim Elang agar tidak memaksa orang dan tidak boleh rusuh. “Kalau di depan SPBU ini tidak apa-apa. Kalau di lampu merah setahu saya tidak boleh,” ungkapnya.

Selain mbadut, Wibowo juga menjadi jukir pada malam harinya. “Sesudah Maghrib saya parkir,” jelasnya.

Meski begiti, ke depannya ingin membuka angkringan. “Ini kan saya masih mengumpulkan uang,” jelasnya.

Pengguna jalan, Zaenuri, menjelaskan badut di jalanan tidak memaksa dan sukarela. “Sama-sama mencari rizki mas. Selama mereka tidak menganggu ya boleh saja,” jelasnya.

Lain halnya dengan Om Sony. Warga Ngadirgo, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, ini sudah menjalani profesi sebagai badut beneran semenjak Maret 2017. Om Sony tidak ngetem di pinggir jalan. Semua itu dilakukan, selain mencari nafkah, juga untuk memancing tawa dan menghibur penonton.

Baca juga:  Perjuangan Grup Ketoprak Tetap Eksis, Pemain Harus Urunan untuk Biaya Pentas

“Selama berabad-abad lamanya, tak pernah berubah. Tujuan badut adalah untuk memancing tawa dan menghibur siapapun yang memandangnya,” ujarnya sambil tertawa kepada Jawa Pos Radar Semarang.

Om Sony melengkapi kostum badut yang ia kenakan dengan berbagai macam aksesoris tambahan seperti, hidung bulat, dan topeng. “Tentu dengan beragam aksesoris tambahan supaya bikin penonton makin geregeten. Semisal, hidung bulat bak tomat, atau topeng meniru karakter komik tertentu. Makanya jangan sampai momen anak-anak terlewatkan dengan biasa-biasa aja,” jelasnya.

Om Sony biasanya menerima undangan berbagai macam acara seperti pesta ulang tahun anak, perayaan orang tua, dan lainnya. Tarif untuk mengundang dirinya juga tidak terlalu mahal, cukup dengan Rp 199 ribu, sudah bisa mengundangnya ke sebuah acara. Itu pun masih bisa dinego.

“Tidak perlu mahal, momen kenangan tidak akan terlupakan sepanjang masa. Kita ada badut lucu dan badut sulap. Yang penting bisa menghibur penonton sudah merasa senang,” katanya. (fgr/cr1/ida)


Baca artikel dan berita terbaru di Google News


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya