
RADARSEMARANG.ID – Meski tidak memiliki bekal dalam dunia bisnis, Widyatmoko Aldy Denanta sukses mengembangkan usahanya melalui penyajian produk yang tak biasa. Kini alumni Perpajakan Undip ini berhasil memiliki lebih dari satu outlet.
Ruangan bernuansa hitam yang berpadu dengan kuning itu dipenuhi bau sedap yang menggiurkan. Salah satu sisi tembok terpampang jelas gambar produk dengan diameter sekitar 80 sentimeter. Para crew terlihat sibuk menyiapkan pesanan. Aldy -sapaan akrabnya- dengan ramah membagikan kisah sejarah bisnis miliknya.

Ia mengaku tekad bisnisnya mulai muncul menjelang lulus kuliah. Awalnya ia hanya iseng berjualan parfum mobil. Sayangnya, bisnis tersebut terhenti ketika pandemi Covid-19 mulai merebak. Namun pandemi tidak menyurutkan semangatnya. Ia kembali merintis bisnis baru yang didasari oleh kesukaannya pada salah satu menu makanan yaitu kebab.
Ide itu muncul ketika pandemi memaksa masyarakat untuk berdiam diri di rumah saja. Kala itulah ia memanfaatkan situasi yang ada dengan menjual kebab frozen secara online maupun offline.

Bisnisnya mendapat respon positif. Namun lagi-lagi ia mendapat guncangan. Angka penjualan kebab frozennya mulai menurun. Meski begitu, ide barunya justru muncul. Ia berinisiatif menjual kebabnya secara offline.
Melalui beberapa riset yang ia lakukan, akhirnya ia bertekad menjual kebab dengan cita rasa berbeda dari biasanya. Ia berinisiatif menyajikan kebabnya dengan mengutamakan keorisinilitas rasa masakan seperti kebab aslinya, yaitu Kebab Midle East. Dari ide tersebut akhirnya terbentuklah Origins Kebab.
“Di Indonesia, khususnya Semarang, penjualan kebab sudah menjamur. Tapi sadar atau tidak, rasa yang ditawarkan oleh kebab-kebab pada umumnya itu jauh dengan rasa kebab aslinya. Jadi, saya terpikirkan untuk membuat kebab yang berbeda dengan yang ada di sekitar,” ungkapnya kepada Jawa Pos Radar Semarang.
Perintisan produknya dimulai dengan membuka stan kebab kaki lima di Banyumanik dengan menumpang di pelataran Warung Soto milik orang tua salah satu temannya. Segala keperluan untuk penjualan ia siapkan seorang diri. Mulai dari memasak, menata aksesoris, hingga menyiapkan stan di pinggir jalan.
Menginjak bulan ketiga, Aldy menerima banyak komplain untuk produk kebabnya. Mulai dari kulit kebab yang masih keras, bumbu kebab yang terlalu strong, hingga tekstur daging yang terkesan alot.
Komplain tersebut menjadikan Aldy paham tentang bagian-bagian yang perlu ia benahi. Hingga akhirnya, Aldy sampai pada titik keberhasilannya menemukan resep yang pas untuk kebabnya.
“Setelah menemukan resep paling pas, saya justru semakin yakin bahwa kebab saya memiliki nilai jual sebagai makanan. Padahal biasanya masyarakat menganggap kebab sebagai jajanan. Tentu saya sangat bersyukur,” tutur Aldy.
Setelah menemukan resep yang tepat, ia berencana membuka outlet khusus kebabnya. Ketika itu, ia sempat mengalami kendala pada biaya sewa. Selain modal yang ia miliki tidak cukup besar, ia juga tidak ingin membebani orang tua dari segi dana.
Maka, Aldy mulai menggaet para investor untuk bekerja sama dalam bisnis kebabnya. Ia juga rela menjual motornya sebagai tambahan modal. Februari 2021, penyewaan outlet pertamanya berhasil. Ia menyewa sebuah ruko yang berlokasi di Jalan Sirojudin, Tembalang.
Tak disangka, bisnisnya kembali mendapat respon positif. Semakin lama bisnisnya semakin stabil. Hal ini terbukti pada bulan keenam sejak berdirinya outlet pertama, Aldy memutuskan untuk membuka outletnya yang kedua di Jalan Gajah Raya Semarang. Bahkan dalam waktu dekat ini, Aldy berencana merilis outlet ketiganya di Ngaliyan.
Di awal penjualan, sasaran yang ia harapkan adalah mahasiswa. Namun, hal tersebut gagal terealisasi karena pandemi tak kunjung membaik. Bagusnya, kondisi tersebut menjadikan peminat produknya meluas.
“Ketika itu ada kabar kalau kuliah akan dilaksanakan secara luring. Makanya saya sewa outlet pertama di Tembalang untuk menyambut banyaknya mahasiswa. Tapi ketika gagal offline, peminat kebab saya justru beralih ke para pekerja, orang-orang perumahan, bahkan orang lanjut usia,” jelas anak terakhir dari 2 bersaudara ini.
Aldy juga memperhatikan dengan baik bahan serta proses pembuatan kebabnya. Bahan utama yang ia gunakan pun roti yang dimasak tanpa digoreng menggunakan minyak. Selain itu, menu yang ditawarkan terus mengalami perkembangan. Awalnya hanya terdapat 2 varian yaitu original ayam dan original sapi.
Kini, ia mulai mengeluarkan menu barunya, Kebab Phenomenal. Menu barunya menggunakan bahan dan isi yang kekinian serta cita rasa baru yang nikmat. Tak hanya rasa kebab yang unik dan berbeda, cara membungkus produk yang diterapkan Aldy juga tidak biasa.
“Untuk membungkus kebab, kami memakai bahan yang berbeda yaitu aluminium foil. Tujuannya agar kebab bisa dihangatkan kembali dengan mudah. Jadi kebab bisa bertahan lama, bahkan bisa dibawa keluar kota,” tegasnya.
Saat ini total karyawan yang dimiliki Aldy sebanyak 12 orang. Sedangkan omzet yang ia peroleh di outlet pertama cukup lumayan. Setahun, bisa mengakumulasi omzet ratusan juta.
Meski telah mencapai angka yang tinggi, Aldy masih terus mempromosikan produknya. Bahkan saat ini ia tengah mematenkan produknya. “Rencana Origins Kebab akan saya kembangkan menjadi bisnis berbentuk franchise. Sehingga produk ini bisa tersebar luas dan menyapa pecinta kebab seluruh Indonesia,” tutupnya. (mg10/mg12/ida)