
RADARSEMARANG.ID, Enam mahasiswa dari tiga universitas berhasil merancang aplikasi naratik yang mampu menekan angka penipuan kain batik di pasaran. Lebih bangga lagi, aplikasi ini berhasil mendapatkan pendanaan dari Kedaireka.
ADIT BAMBANG SETYAWAN, Radar Semarang

AKHIR-akhir ini, penipuan terhadap harga kain batik tulis dan cetak marak terjadi. Hal ini menyebabkan tingkat kepercayaan konsumen menurun. Selain itu, produsen batik saat ini masih dalam kondisi sulit dalam memasarkan produknya secara online.
Hal itu terjadi karena masih banyak orang yang belum mengetahui cara membedakan berbagai teknik pembuatan batik seperti batik tulis, batik cetak, dan batik cap. Padahal tiap teknik menghasilkan produk dengan kisaran harga jual yang berbeda jauh.

Kondisi tersebut menarik perhatian enam mahasiswa dari tiga kampus di Jateng. Empat di antaranya merupakan mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang, yakni Farrel Athaillah Putra, Dwi Anggun Cahyati Jamil, Suhaili Faruq, dan Briliantino Abhista Prabandanu. Satu mahasiswa dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Firsta Adi Pradana dan satu mahasiswa Institut Teknologi Telkom Purwokerto Riqqah Fadiyah Alya.
Keenam mahasiswa ini merancang aplikasi Naratik yang merupakan Tech Startup. Aplikasi ini lebih memadukan kearifan lokal dengan teknologi artificial intelligence, yang menghubungkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) serta home industry batik ke pasar global dengan memanfaatkan platform Narashop.
Hasilnya, mampu mempromosikan produk batik Indonesia yang bernilai estetika tinggi, melalui kesepakatan grosir, belanja eceran, dan kemitraan bisnis. “Ide pembuatan aplikasi Naratik ini berangkat dari banyaknya orang yang belum mengetahui motif-motif kain batik,” kata Ketua Tim Naratik Farrel kepada Jawa Pos Radar Semarang Selasa (14/9).
Naratik ini, mengembangkan fitur Artificial Intelligence yang mampu mengklasifikasi keaslian batik. Bahkan, bisa membedakan antara batik tulis dengan batik cetak. Bahkan, dengan fitur ini bisa memberikan product knowledge terkait makna, sejarah dan sejenisnya yang berhubungan dengan motif, serta memunculkan rekomendasi produk batik yang sesuai dengan hasil klasifikasinya beserta toko yang menjualnya. “Aplikasi naratik ini dapat menekan angka penipuan kain batik asli atau palsu dalam industri batik yang beredar saat ini,” katanya.
Aplikasi ini lebih mudah diakses hanya dengan klik melalui kamera yang ada pada aplikasi Naratik-nya. Naratik dapat dijalankan pada platform Android dan sedang dikembangkan ke platform Official Website.
“Kami bersyukur, Naratik merupakan satu dari 14 startup inkubasi bangkit yang akan mendapatkan pendanaan dari platform terbaru Dirjen Diktiristek. Yakni, platform Kedaireka yang mewujudkan kolaborasi antara dunia pendidikan tinggi dan industri,” tuturnya.
Rektor Udinus Prof Dr Ir Edi Noersasongko M.Kom merasa bangga dengan capaian mahasiswa Udinus ini. Hibah seperti ini bisa menjadi salah satu faktor yang dapat memicu mahasiswa lainnya untuk ikut memberikan karya yang bermanfaat. “Kami akan terus meningkatkan kualitas dari para mahasiswa agar mampu memberikan inovasi karya yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat,” tuturnya. (*/ida)