26 C
Semarang
Senin, 27 Maret 2023

Potensi Lokal Gairahkan Ekonomi Desa

Artikel Lain

RADARSEMARANG.ID – Desa tidak lagi dikenal sebagai daerah tertinggal. Sejumlah desa di Jawa Tengah menjadi pusat perputaran roda ekonomi. Warga bergerak menuju sejahtera.

Nama Desa Sepakung dulu tak banyak dikenal. Kini, desa di lereng Gunung Telomoyo Kabupaten Semarang ini dikenal di kancah nasional. Wisata alam Ondo Langit dan Gumuk Reco mengerek nama Sepakung.

Kepala Desa Sepakung Ahmad Nuri mengatakan, tak mudah membangun tempat wisata baru. Sejak 2017, bermodal nekat warga memikirkan perkembangan desa. Kala itu, masih sedikit warga yang paham bisnis wisata. Belum lagi keributan dalam mengurus perizinan. “Kami menyadari masyarakat di sini memang saat itu masih minim pengetahuan. Tapi ada mahasiswa KKN yang bantu memberikan masukan tukar pikiran,” katanya ketika ditemui di Gumuk Reco, wisata alam yang dibangun di tanah Perhutani.

Baca juga:  Dana Desa Dipakai Investasi, Kades Gemulak Ditahan

Satu tahun pertama memang tidak mudah. Setiap bulan pihaknya harus memutar otak guna mengebrak eksistensi Gumuk Reco di Dusun Kenongo

Februari 2019 wahana ayunan langit dibuka. Tidak selang lama giliran Ondo Langit. Wahana lintasan jembatan sepanjang 35 meter di pinggir tebing itu dikelola oleh Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Sido Dadi bersama Kelompok Sadar Wisata Desa Sepakung.

Pengelola Wisata Gumuk Reco Bangkit menceritakan Ondo langit sendiri sebuah jembatan yang tergantung di tebing setinggi 50 meter dari permukaan tanah. Standar internasional, ditegaskannya, tertempel di sana. “Semua alat keamanan yang digunakan pengunjung standar internasional. Sudah teruji,” timpalnya.

Sebelum pandemi, dalam sebulan, Sepakung dikunjungi sekitar 3.000 orang. Mereka ditarik biaya masuk Rp 10 ribu setiap orangnya. Jadi setiap bulan, setidaknya terkumpul Rp 30 juta dari tiket masuk saja. Tempat ini juga jadi pengungkit ekonomi bagi warga yang berjualan di sekitar lokasi. Ada sekitar 30 buruh kena PHK yang ikut mengadu nasib di tempat wisata baru ini. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga memberikan bantuan senilai Rp 3 miliar untuk memperbaiki infrastruktur jalan menuju Gunung Telomoyo.

Baca juga:  Akreditasi Prodi Teknologi Pangan Digelar Virtual

Diterjang pandemi Covid-19, seluruh wahana wisata ditutup selama 3 bulan 3 minggu. Sama sekali tak ada pemasukan. Tapi setelah dibuka kembali mulai 11 Juli, berlahan kunjungan wisatawan meningkat. Saat ini bahkan sudah mencapai sekitar 60 persen dari saat normal.

Kesuksesan sebuah desa dalam mengelola potensi lokal sudah terlihat di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten. Pada 2004, Ponggok masih tercatat sebagai salah satu desa miskin di Jawa Tengah. Perubahan mulai terjadi di 2009 ketika Junaidi Mulyono terpilih menjadi kepala desa.

Baca juga:  3.094 Karyawan Dirumahkan, Pemkot Pekalongan Kebut Kartu Prakerja

Junaidi melihat potensi sumber air yang melimpah di desanya. Kolam kumuh di Umbul Ponggok diubah menjadi kolam pemandian modern. Spot selfie di bawah air menjadi daya tarik pelancong.

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tirta Mandiri yang mengelola wisata di Ponggok bahkan dalam setahun bisa meraup pendapatan hingga Rp 16 miliar. Saat pandemi, Umbul Ponggok memang ditutup. Otomatis pendapatan BUMDes maupun warga praktis kosong. Tapi pengelola maupun warga tetap optimistis, ketika pariwisata di Ponggok dibuka kembali, ekonomi juga ikut berputar kembali. (ria/ton/bas)


Baca artikel dan berita terbaru di Google News


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya