26 C
Semarang
Sabtu, 3 Juni 2023

Kembangkan Motif Lokal Khas Borobudur

Artikel Lain

RADARSEMARANG.ID, Semarang – Pelatihan Batik Lanjutan yang diikuti perajin batik asal Magelang berhasil melahirkan motif-motif baru yang menonjolkan khas Borobudur. Seperti relif, floral, dan binatang legendaris.

Pelatihan yang diikuti 25 pembatik tingkat lanjut itu memasuki hari ke-9 pada Selasa (18/1). Mereka memulai dari teknik mengukur dan menggambar pola di ruang aula Balatkop Jateng selama dua hari pertama. Kemudian dilanjutkan dengan pengejaan canting atau memberi lilin di ruang workshop hingga kemarin.

“Paling sulit itu menghitung pola dan tata letak biar sesuai saat dijahit. Nah semuanya diajarkan di sini,” ucap Siti Kholifah, salah satu instruktur pelatihan kepada Jawa Pos Radar Semarang.

Saat koran ini berkunjung, semua peserta sibuk dengan proses pengerjaan batiknya masing-masing. Berbagai motif digambar. Mulai dari pilar candi, relief, kijang emas berhati mulia, bunga teratai, daun bodhi, hingga merak.

Setiap peserta menggarap selembar kain batik mulai dari nol. Ada yang masih mencanting, mewarnai, melepas malam lilin, maupun yang sudah menjemur dan tinggal menunggu kering.

Deni, pembatik asal Desa Wisata Karangrejo merasa bangga dan puas berkesempatan mengikuti pelatihan tersebut. Sudah lima tahun ia menekuni bisnis batik, tapi merasa stuck di tempat dan tak berkembang. Delama ini ia masih pesan pola batik dari Pekalongan tanpa perlu menggambar.

“Dulu saya nggak pernah bisa mengerjakan batik sampai sedetail ini, garis-garis isi sawutanj  cecekan. Tapi berkat Bu Olif saya senang sekali bisa banyak belajar di sini,” ujar Deni.

Lebih lanjut, Olif, sapaan akrab instruktur pelatihan itu mengajarkan soal peracikan warna dan juga harmonisasi warna dalam motif batik. Setiap peserta pun berkonsultasi dan mendiskusikan padu padan warna yang hendak digunakan untuk mewarnai batiknya. Pengalaman Olif bergelut di usaha batik tentu sangat berguna bagi para peserta.

Di sana, juga terdapat dua pembatik penyandang disabilitas daksa. Meski memiliki keterbatasan dalam segi fisik, tapi keduanya sama menghasilkan batik yang tak kalah menarik dengan peserta lainnya.

Olif harap dengan kemampuan yang diperoleh selama pelatihan, mereka dapat lebih mandiri dan berkembang dalam menjalankan usaha batik. Kemudian mampu menjadi ikon serta rujukan oleh-oleh bagi wisatawan Borobudur maupun Magelang. (taf/ida)


Baca artikel dan berita terbaru di Google News


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya