RADARSEMARANG.ID, Wonosobo – Empat tahun absen, merdi Dusun Lemiring kembali digelar. Kali ini dimeriahkan ratusan tenong.
“Ini sebagai wujud rasa syukur kita kepada Tuhan atas kelimpahan rahmat-Nya selama ini,” terang Kepala Desa Mojosari, Mamprah kemarin (21/11).
Merdi dusun ini sudah menjadi tradisi tahunan. Namun gelaran besar dengan melibatkan mayarakat banyak dan membawa hasil bumi digelar setiap dua tahun sekali.
“Seharusnya ini digelar dua tahun lalu, tapi karena ada pandemic, jadi empat tahun kita sudah berhenti menggelar tradisi tenongan seperti ini,” ungkapnya.
Ada 260 tenong yang dilibatkan dalam memeriahkan puncak acara. Tradisi merti dusun diawali dengan memberishkan daerah mata air di Melipan Desa Dero Duwur. Dilanjutkan dengan doa bersama di pemakaman sesepuh.
“Baru setelah itu kita adakan acara tumpengan ini, dengan membawa aneka ragam jajan pasar dengan tenong,” terangnya.
Wakil Bupati Wonosobo, M Albar berharap tradisi merti dusun tetap dilestarikan. Sebab di dalamnya terkandung berbagai nilai sosial keagamaan yang masih kuat.
Tradisi ini menanamkan nilai gotong royong, guyup dan syukur terhadap apa yang telah diberikan oleh sang pencipta.
“Tradisi kebudayaan yang baik seperti ini memang perlu diteruskan. Sebagai lokal wisdom dari kebudayaan setempat,” ungkapnya.
Apalagi, setelah dalam dua tahun terakhir berbagai gelaran tradisi seperti tenongan ini sempat terhenti lantaran pandemi Covid-19. Dan aktivitas ekonomi masyarakat pun banyak yang terhenti. Meski berjalan masih sangat terbatas.
“Bersyukur hari ini (kemarin) kita sudah turun di Level 2. Sehingga kegiatan seperti ini mulai bisa digelar,” lanjutnya.
Dengan acara seperti ini, wabub berharap kembali bisa menggairahkan ekonomi masyarakat di desa-desa. (git/zal)