
RADARSEMARANG.ID, Wonosobo – Pasar tembakau jenis garangan, khas Wonosobo, masih tinggi. Sayang, petani tembakau jenis ini sudah tidak banyak. Setiap tahun terus menurun. Para petani lebih memilih sektor usaha lain, lantaran tembakau jenis ini hanya bisa dipetik musiman.
“Tembakau garangan memang masih banyak dicari di pasaran. Peminat tembakau khas Wonosobo ini masih tinggi,” tegas Kabid Holtikultura, Dispaperkan Kabupaten Wonosobo, Sidik Widakdo saat menemui sejumlah petani tembakau di Desa Bawongso, kemarin.

Dia menyebut, petani tembakau garangan yang masih bertahan di Kecamatan Kalikar. Masih ada 300 orang. “Di kelompok tani Agro Mania Bawongso misalnya, saat ini memang jumlahnya sudah tidak banyak. Hanya puluhan saja, tapi justru hal itu membuat tembakau garangan harganya lebih stabil di pasaran,” katanya.
Ia menyebut, saat ini untuk harga 30 kilogram tembakau basah diharga Rp 500 ribu. Sementara dalam satu musim petani bisa menghasilkan 15 ton daun basah. Dengan luas lahan sekitar satu hektare.

“Meski memang tiap daun memiliki harga berbeda. Tetapi paling tidak kan kasarannya sudah bisa terlihat cukup menggiurkan,” ungkapnya.
Apalagi, untuk daun terbaik atau yang masuk klaster A, hitungan per satu lembar daun bisa dihargai Rp 10.000. Jika dalam satu hektare bisa menghasilkan 500 daun dengan kualitas A tersebut, maka petani bisa mendapat laba kotor mencapai Rp 5 juta.
“Itu belum dihitung dengan daun bawah yang masih ada sekitar empat daun lagi yang bisa dipanen. Tentu ini menjadi keuntungan tambahan bagi petani,” katanya.
Dia menambahkan, terkait pasarnya, sudah ada tiga daerah yang mau menerima suplai tembagai garangan, yaitu Kabupaten Banjarnegara, Purbalingga dan Banyumas.
“Hitungan tersebut selain ditampung di pasar lokal yang ada di hampir seluruh kecamatan yang ada di Wonosobo,” imbuhnya.
Sidik berharap, melalui kelompok tani seperti di Desa Bawongso ini, para pengrajin tembakau garangan tetap bisa eksis. Sebab hasil dari tembakau asal Wonosobo ini cukup terkenal hingga keluar daerah. Dengan melihat potensi tersebut tentu usaha satu ini perlu untuk diteruskan dan dilestarikan.
“Apalagi dengan model penanaman tembakau yang bisa dibuat tumpangsari. Tentu ini akan membuat petani semakin meningkatkan hasil pendapatannya,” pungkasnya. (git/zal)