
RADARSEMARANG.ID, Ungaran – Di sekeliling Rawa Pening terbentang luas persawahan. Tak jauh dari situ di Desa Candirejo, Tuntang berdiri angkringan Baloeng Gadjah di tepi jalan sawah. Lokasinya menghadap Rawa Pening dan Pegunungan di belakangnya.
Sabtu (13/3/2021) pagi pukul 07.30 hampir 50 orang datang mengikuti senam gratis di halaman angkringan. Rombongan gowes atau lari pagi jalur jalan desa juga menyempatkan mampir. Melepas dahaga sambil memanjakan mata dengan pesona alam yang terbentang di sekeliling angkringan. “Ya selain menambah fasilitas olahraga, itu juga strategi pemasaran kami” jelas Dewi Indah Kurniawati, Manajer Angkringan Baloeng Gadjah kepada Jawa Pos Radar Semarang.

Dewi mengaku angkringan yang belum genap setahun itu awalnya tercetus karena ingin menunjukan suasana perdesaan berlatar pemandangan alami. Membuka wisata kuliner lokal dengan mengikuti tren back to nature, katanya.“Kami sediakan semua menu angkringan dan masakan jawa. Buntil yang paling disukai pembeli,” ujarnya di depan.
Awalnya hanya ada 30 menu, tapi kini sudah mencapai 80 menu. Pihaknya mengatakan bertambahnya menu beriringan dengan peningkatan jumlah pelanggan. Dia justru senang bisa memberdayakan UMKM dan warga sekitar untuk menitipkan menu bakarannya di sana. Kini sekitar 39 orang rutin menyetorkan dagangannya. Sehari bahkan bisa stok ulang hingga empat kali.“Kalau kelihatan di tempat display mau habis. Kami langsung panggil mereka untuk kirim lagi,” paparnya.

Menu utama memang angkringan, masakan jawa dan jajanan desa. Agar masyarakat perkotaan bisa menikmati jajanan lokal dan bernostalgia. Tapi pihaknya juga menyediakan soto, sate, ayam geprek, hingga roti maryam. Dengan begitu semua selera terpenuhi. Juga bisa menjadi alternatif saat menu utama habis.
Tak hanya bersantai menikmati senja bersama teman atau kulineran bersama keluarga. Berbagai komunitas juga kerap melakukan kopdar di Baloeng Gadjah. Komunitas gowes, motor, vespa hingga arisan dan rapat kantoran kerap memilih angkringan tersebut untuk destinasinya.
Dewi mengaku promosi ampuh tak hanya dari media sosial. Tapi juga ulasan jujur para pembeli ke orang-orang sekitarnya. Dalam istilah jawa biasa disebut getuk tular. Dengan semangat membesarkan kuliner lokal dan memberdayakan warga sekitar, pihaknya terus mengupayakan mengembangan skala usaha.
Rencana terdekat akan membangun ikon Baloeng Gadjah di seberang angkringan untuk spot foto. Sedangkan jangka jauh, membuka wisata edukasi anak tentang mata pencaharian warga desa. “Jadi nanti anak-anak bisa tahu dan belajar menanam padi, menggiling padi, menangkap ikan, dan sebagainya,” terangnya. (cr1/bas)