26 C
Semarang
Selasa, 28 Maret 2023

Nguras Sendang sambil Berburu Lele

Artikel Lain

RADARSEMARANG.ID, SEMARANG — Nyadran biasa dilakukan di makam. Tapi, warga Dusun Pucung RW 08 Kelurahan Pudakpayung, Kecamatan Banyumanik beda. Mereka justru menguras Sendang Gede, Jumat (17/3) pagi kemarin.

Sumber air atau tuk yang selama ini dimanfaatkan warga untuk mandi, mencuci, memasak, dan keperluan lainnya. Tradisi ini dilakukan rutin setiap tahun menjelang bulan Ramadan.

Selain menguras sendang, warga juga makan bersama. Menunya ayam bakar. Sebanyak 93 ekor ayam jantan dimasak bareng-bareng. Dipanggang di atas bara api. Ibu-ibu menyiapkan nasi, jajan pasar, dan makanan lainnya. Setelah sendang dikuras, warga makan bersama dengan lesehan di atas tikar yang digelar.

“Sebanyak 93 ekor ayam jantan itu sumbangan dari setiap RT di Pudakpayung. Warga juga membawa nasi dan lauk-pauk lainnya, lalu dimakan bersama-sama,” kata Lurah Pudakpayung Pamirah kepada Jawa Pos Radar Semarang.

Baca juga:  Warga Ngijo Tetap Nyadran dengan Prokes Ketat

Pukul 07.00 pagi, warga sudah berdatangan ke lokasi. Anak-anak hingga orangtua. Pria dan wanita. Setelah semua berkumpul, tradisi nguras sendang diawali oleh Lurah Pudakpayung Pamirah bersama staf, Bhabinkamtibmas, Babinsa, dan tokoh masyarakat setempat. Mereka menceburkan diri untuk membersihkan sendang sebanyak satu kali putaran.

Praktis, Lurah Pamirah pun ikut basah-basah dan mandi lumpur. Setelah itu, Lurah Pamirah diguyur air bersih oleh tokoh masyarakat sebagai syarat membersihkan diri.

“Pokoknya seru, Mas. Ya, ini tradisi yang terus dilestarikan. Ke depan bisa menjadi agenda wisata religi,” kata lurah yang sangat dekat dengan warganya ini.

Menurut Pamirah, Nyadran Sendang Gede yang digelar menjelang Ramadan mengandung filosofi sebagai pembersihan diri menyambut bulan suci.

Baca juga:  Nyadran, Warga Gelar Tahlil dan Bancakan

Setelah para pejabat, giliran pemuda dan bapak-bapak yang menguras Sendang Gede. Mereka menggunakan alat seadanya. Ember, bekas galon cat, gayung, dan lainnya. Acara nguras sendang semakin meriah.

Sebab, sebelumnya warga menebar ikan lele sebanyak empat kuintal. Selain itu, ayam yang sudah disembelih diceburkan supaya lebih mudah untuk dikuliti. Warga pun rela belepotan lumpur. Apalagi setelah air sendang mulai asat (kering). Yang ada tinggal lumpur.

Salah satu warga RT 02 RW 08, Ngatimah, 60, mengaku senang karena anaknya, Galang, yang ikut terjun ke sendang berhasil menangkap ikan lele berukuran sepaha.

“Nanti bisa digoreng buat lawuh, Mas. Baru kali ini dapat ikan lele sebesar ini,” ujarnya.

Baca juga:  Ceng Beng, Tradisi Nyadran Masyarakat Tionghoa

Acara nguras sendang itu tak jarang mengundang gelak tawa. Apalagi saat melihat wajah warga yang terjun ke sendang dipenuhi lumpur.

Saat puluhan warga sibuk membersihkan sendang, warga lainnya memanggang ayam di atas bara api kayu bakar. Ayam-ayam itu pun dipanggang dengan bumbu seadanya. Setelah doa bersama, seluruh warga makan bersama.

Tokoh masyarakat Dusun Pucung Ngasri menjelaskan, Nyadran Sendang Gede merupakan tradisi leluhur.

“Kami diamanahi oleh leluhur setiap tanggal 17 Bulan Ruwah sendang harus dibersihkan,” katanya.

Dijelaskan, Sendang Gede merupakan sumber air peninggalan Mbah Nyai Tayem untuk dimanfaatkan airnya, seperti mandi, mencuci, dan memasak. “Mbah Nyai Tayem yang menemukan sumber air ini, sehingga kita melakukan Haul Mbah Nyai Tayem,” ujarnya. (fgr/aro)


Baca artikel dan berita terbaru di Google News


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya