
RADARSEMARANG.ID, Semarang – Dampak libur Natal dan tahun baru (Nataru) kali ini membawa berkah bagi sejumlah pedagang, toko pusat oleh-oleh, dan tempat produksinya. Seperti yang dirasakan rumah produksi Wingko Babat Pak Lis yang mengalami kenaikan hingga 30 persen.
Pemilik rumah produksi Wingko Babat Pak Lis, Suliman mengaku liburan Nataru kali ini berhasil menaikkan produksi wingko babat hingga 30 persen. Lebih baik dibanding tahun sebelumnya.

“Ada peningkatan, tapi tidak sebanyak kalau pas liburan Hari Raya Idul Fitri. Kalau Nataru ini kan momennya sebentar cuma lewat. Jadi ada peningkatan sekitar 30 persen,” jelasnya saat ditemui di rumahnya, Jalan Satria Utara IV, Plombokan, Semarang Utara.
Menurutnya, kenaikan ini lebih baik dibandingkan dengan tahun kemarin. Karena pandemi, penjualannya tidak bisa maksimal. Bahkan harus tutup selama dua tahun. “Tapi Alhamdulillah ada peningkatan tidak seperti tahun kemarin, kemarin masih sepi karena masih suasana pandemi,” imbuhnya.

Ia menambahkan mulai ramai orderan pada pertengahan Desember. Hari biasanya, Suliman bisa membuat 3000 pcs wingko babat. Namun saat libur Nataru ini ia bisa membuat 5000 pcs wingko babat. Sementara untuk weekend bisa sampai 10 ribu pcs wingko terjual dalam sehari. “Produksinya kalau ramai bisa sampai 3 kali. Soalnya kadang sore ada pesanan dadakan, karena distibutor maunya yang fresh dan masih hangat,” tambahnya.
Lebih lanjut, Pak Lis -sapaan akrabnya- mengaku, dalam sehari bisa menghabiskan 50 kg kelapa untuk membuat 5000 pcs wingko babat. Meski jumlahnya banyak, Pak Lis tetap menggunakan cara tradisonal dalam pembuatannya. Penggunaan bahan-bahan yang berkualitas juga menjadi kunci utamanya bisa bertahan. Pasalnya sejak tahun 1973 ia tak pernah menggunakan tambahan bahan yang aneh-aneh pada Wingko Babat miliknya.
“Saya masih menggunakan cara tradisional, baik untuk mengaduk adonan, mencetak, dan mengoven. Bahan-bahannya juga pakai kelapa yang fresh serta tidak ada campuran pada tepung ketannya,” akunya.
Tak hanya mengandalkan proses yang masih tradisional dan menggunakan bahan berkualitas, Pak Lis juga berinovasi pada produknya dengan membuat varian rasa agar semakin bervariatif. Di antaranya ada rasa original, coklat, durian, dan nangka. Meski harga bahan pokok melonjak, Pak Lis juga tidak serta merta menaikkan harga. “Mau bahan naik, harganya tetap yang original Rp 15.000, kalau yang 4 varian Rp 25.000,” pungkasnya. (kap/ida)