
RADARSEMARANG.ID, Semarang – Umat Katolik Kota Semarang mulai merayakan rangkaian Hari Raya Paskah. Salah satunya mengikuti misa Ekaristi. Dalam Misa Kamis Putih itu, Romo Eduardus Didik SJ membasuh kaki 12 suster lanjut usia secara bergantian di Kapel Susteran Gereja Bongsari, Kamis (14/4). Paling muda berusia 65 tahun, dan tertua 95 tahun.
Sepanjang hidupnya, para suster tersebut telah mengabdikan diri dalam pelayanan Tuhan dan mengajarkan bahasa Cinta Kasih. Kurang lebih 50 jemaat yang terdiri atas 30 suster dan 20 anggota komunitas kecil mengikuti rangkaian misa di kapel tersebut mulai pukul 18.00 hingga 19.20.

Romo Didik menilai, ajaran Yesus Kristus mengenai cinta kasih masih relevan hingga saat ini. Ia mengungkapkan keprihatinan atas penganiayaan dosen sebuah perguruan tinggi negeri (PTN) di Jakarta, dan perang yang terjadi di sejumlah negara. Ia mengajak umat untuk menjadikan keluarga sebagai sekolah penanaman bahasa cinta kasih.
“Institusi agama hendaknya menjadi penguat penanaman bahasa cinta kasih ini,”ungkapnya kepada Jawa Pos Radar Semarang.

Disampaikan, terdapat tiga Misa Hari Raya yang diselenggarakan. Mulai dari Kamis Putih, Jumat Agung, dan Minggu Paskah sepanjang 14-17 April 2022. Pada Misa Kamis Putih kemarin, misa dibagi dua, di Gereja Katolik St Theresia Bongsari dan Kapel Susteran.
Dengan mengenakan pakaian serbaputih, ratusan umat berdatangan dan berkumpul di gereja mengenang Perjamuan Malam Terakhir bersama Yesus Kristus.
“Suster-suster kami ini kan sudah lanju usia, jadi lebih aman untuk mengadakan misa secara terpisah,” ungkap Suster Theresiani. Suster termuda, usia 36 tahun, di Komunitas Pondok Harapan tersebut.
Untuk mewujudkan cinta kasih, Paroki St Theresia Bongsari mengadakan acara pembagian makan gratis untuk buka puasa. Piring Kasih yang biasanya diadakan setiap Kamis siang, dibagikan pada sore hari lantaran bertepan bulan Ramadan.
Romo Didik menjelaskan, pada Hari Raya Jumat Agung, umat Kristiani mengenangkan peristiwa sengsara dan wafat Yesus Kristus. Sosok ilahi yang berkenan membela dan menebus dosa manusia.
“Betapa kita pantas tersentuh hati dan bertobat karena sosok Ilahi telah memberikan diri-Nya mengalami kesengsaraan karena penolakan dan dosa manusia,” ungkapnya.
Dikatakan, perayaan Paskah meneguhkan bahwa kebaikan tetap akan menang. Sekalipun upaya mewujudkan kebaikan menghadapi kesulitan dan tantangan. Ia yakin, bersama Yesus Kristus umatnya akan mengalami kemuliaan kebangkitan. (taf/aro)