
RADARSEMARANG.ID, Semarang – Desa Dudak atau yang sekarang Desa Sidodadi kembali menggelar tradisi Barikan. Yakni Desa ini sekarang meliputi dua kelurahan, yakni RW 2 Kelurahan Jatibarang dan RW 3 dan RW 4 Kelurahan Mijen.
Ketua Panitia Barikan Suwadi, 69, menjelaskan, tradisi Barikan dimaknai warga Desa Sidodadi sebagai bentuk penghormatan kepada Raden Ali atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Wonoyudo dan Mbah Degol.

Sejarahnya, Raden Ali ini telah berhasil menyelamatkan desa dari perampok. Karena itu, Barikan ini sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas segala berkah dan nikmatnya yang telah diberikan kepada warga setempat.
Sedangkan, pemilihan ketupat dan lepet sebagai makanan yang dibawa dan dibagikan kepada pengguna jalan ketika acara berlangsung, tidak ada alasan khusus. Tapi jika ada salah satu warga yang tidak membawa ketupat dan lepet akan didatangi macan. “Pembuatan ketupat lepet meneruskan tradisi yang telah dilakukan oleh nenek moyang,” katanya kepada Jawa Pos Radar Semarang Kamis (13/1).

Barikan dilakukan setiap tahun, tepatnya pada malam Jumat Kliwon di bulan Jumadil Akhir. Namun, jika Jumadil Akhir tidak ada Jumat Kliwon, maka diajukan atau dimundurkan. “Yang penting Jumat Kliwon dekat dengan Jumadil Akhir,” jelasnya.
Sebelumnya, terdapat bersih kubur pada hari Senin. Kemudian, hari ini (kemarin, red) acara Khotmil Quran sampai Ashar. “Kamudian Barikan dengan doa selametan dan membagikan ketupat lepet. Nanti malam ziarah kubur,” tuturnya.
Lurah Jatibarang Fathul Mujib menjelaskan kegiatan seperti ini perlu dilestarikan. Melalui Barikan, warga melakukan gotong royong. Selain itu, warga saling bersilaturahmi.
“Yang diambil hikmahnya adalah terdapat gotong royong, silaturrahmi, takdim terhadap leluhur, dan ngalap berkah dari tokoh tersebut. Semoga ada dampak positif melalui Barikan,” tandasnya. (fgr/ida)