
RADARSEMARANG.ID, SEMARANG-Permintaan daun talas atau lompong di pasar luar negeri ternyata sangat tinggi. Pengusaha asal Semarang berhasil menembus pasar ekspor tersebut dengan mengirimkan sebanyak 3,6 ton daun talas ke Australia.
Proses ekspor ini disaksikan oleh Wakil Wali Kota Semarang Hevearita G Rahayu dan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jateng Arif Sambodo di Balai Karantina Hasil Pertanian Pelabuhan Tanjung Mas Semarang, Selasa (25/5) kemarin.

Direktur CV Dian Pratama, Hendy Purwanto mengatakan, awal mula terbersit pemikiran melakukan ekspor, karena permintaan daun lompong kering keluar negeri cukup tinggi.
“Kami kemudian menanggapinya. Kami komunikasikan, ternyata di Indonesia bahan baku lompong atau talas sangat melimpah ruah. Kami kemudian melakukan penanaman agar permintaan ekspor terpenuhi,” katanya.

Pria yang petani talas ini menjelaskan, jika Pemkot Semarang memberikan dukungan untuk pengembangan serta penananam. Petani pun dilatih untuk mandiri. Sebelumnya, budidaya tanaman lompong di Jateng masih relatif kecil, namun kini mulai dikembangkan di wilayah lainnya seperti Sukoharjo, Solo, Purwodadi, Rembang, Purworejo, dan Kendal.
“Selanjutnya, Kota Semarang berupaya mengembangkan pertanian talas. Kami mengapresiasi upaya Pemkot Semarang yang antusias mengembangkan pertanian lompong untuk memenuhi ekspor dan permintaan pasar luar negeri,” jelas Hendi.
Sementara itu, Hevearita mengaku sangat mengapresiasi langkah CV Dian Pratama mengambil peluang ekspor daun lompong ke pasar luar negeri. Mbak Ita begitu ia disapa, menjelaskan CV Dian Pratama sebelumnya berhasil melakukan dua kali ekspor daun lompong kuning.
“Potensinya luar biasa. Selama ini tanaman lompong kan hanya umbi-umbian yang dianggap gulma, ternyata dilirik pasar luar negeri,” ujarnya.
Ita mengatakan, tanaman lompong hanya membutuhkan waktu tiga bulan untuk penanaman awal dan seterusnya hanya membutuhkan waktu 40 hari. Ia juga mengimbau kepada masyarakat Semarang agar bisa ikut membudidayakan tanaman yang memiliki potensi ekspor ini.
“Selama ini didatangkan dari Jawa Barat dan Jawa Timur. Padahal petani sangat diuntungkan dan punya nilai jual tinggi. Perawatan tanaman ini pun tidak ribet,” tambahnya.
Arif Sambodo mendukung upaya Pemkot Semarang dalam mengembangkan pertanian tanaman talas dengan tujuan pemenuhan ekspor ke pasar luar negeri. Apalagi permintaan daun lompong kering di Australia mencapai 10 kontainer per minggunya.
“Namun, petani baru bisa memenuhi 3,6 ton atau 1 kontainer per dua minggu. Ini sangat menarik. Kami tahu ekspor Jateng sampai Maret tercatat positif mencapai 24 persen. Adapun, ekspor bahan baku herbal mencapai 7-8 persen,” jelasnya. (hid/ida)