
RADARSEMARANG.ID, Semarang – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang mendorong pelaku wisata untuk mengajukan program sertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety & Environment Sustainability). Tujuannya untuk mewujudkan wisata sehat dan aman dari Covid-19.
Kepala Disbudpar Kota Semarang Indriyasari mengatakan, program sertifikasi CHSE ini sebagai strategi menghadapi masa adaptasi kebiasaan baru di dunia pariwisata. Salah satunya dalah menerapkan protokol kesehatan yang ketat pada sektor wisata untuk menciptakan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan.

“Pendaftaran sertifikasi CHSE dilakukan secara online di laman chse.kemenparekraf.go.id dan melakukan pengisian formulir identitas usaha. Pengelola, atau pelaku wisata, bisa harus bisa memastikan orang yang datang aman dan nyaman,” katanya saat ditemui usai Bimbingan Teknis(Bimtek) Program Penerapan CHSE di Hotel Grasia kemarin.
Pihaknya terus menyosialisasikan kepada seluruh pegiat wisata, pelaku usaha dan industri yang bergerak di sektor wisata untuk bisa menumbuhkan sektor wisata di tengah pandemi.

“Salah satunya dengan bintek ini, kami total melakukan 35 titik sampai 2020 akhir. Awal desember dari Kementrian Pariwisata juga akan turun langsung melakukan monitoring terkait protokol CHSE,” tuturnya.
Menurut dia, belum banyak pelaku wisata yang mengajukan sertifikasi CHSE. Wanita yang akrab disapa Iin ini membeber, baru 50 persen tempat wisata yang mengajukan CHSE, sedangkan sektor hotel baru 25 persen.
“Saat ini proses sertifikasi CHSE masih terus berjalan. Syaratnya jelas setiap sektor wisata harus menerapkan protokol kesehatan,”ucapnya.
Salah satu pelaku industri pariwisata, Titah Listyorini Direktur PRPP menjelaskan, protokol kesehatan kekat diberlakukan di Grand Maerakaca. Misalnya pengecekan suhu, wajib memakai masker, hingga pembatasan jumlah wisatawan dalam satu waktu.
“Kita juga siapkan tempat cuci tangan, petugas kami juga siap menegur pengunjung yang berkerumun ataupun melepas masker,” tandasnya. (den/zal)