28 C
Semarang
Sabtu, 10 Juni 2023

Ubah Cara Pandang terhadap Disabilitas

Gubernur Perintahkan Beri Akses

Artikel Lain

RADARSEMARANG.ID, SEMARANG – Peringatan Hari Disabilitas Internasional ke-27 dilaksanakan dengan cara berbeda. Mulai dari penyelenggara, hingga penampil, semua dikerjakan penyandang disabilitas dari berbagai daerah di Jawa Tengah. Sedikitnya ada 500 penyandang disabilitas bahu membahu membahu mensukseskan acara yang digelar di Gedung Wanita, Rabu (11/12) kemarin.

Beberapa di antara para penampil ada grup band tuna netra dari Sahabat Mata Semarang Perca Voice yang mendapat apresiasi secara langsung dari Gubernur Ganjar Pranowo. ”Mereka mengatakan kepada saya, kami normal, Pak. Karena Tuhan memberi kenormalan kami seperti ini. Normalnya Pak Ganjar dengan kami beda. Itu paradigma baru bagi saya. Maka kita sebagai pemerintah harus punya paradigma baru,” ujar gubernur.

Peringatan yang mengangkat tema Indonesia Inklusi Disabilitas Unggul ini membuktikan bahwa ketika diberikan kesempatan, penyandang disabilitas bisa menyuguhkan karya yang tidak kalah hebat. Di hadapan Gubernur Jawa Tengah mereka bahkan berikrar tiga pokok penting. Yakni, menyatakan kesetiaannya pada NKRI dan Pancasila, kesetiaannya kepada pemerintah serta berikrar tidak membutuhkan belas kasihan dari siapapun.

“Kami pada penyandang disabilitas Jawa Tengah berikrar tidak membutuhkan belas kasihan dari siapapun. Yang kami inginkan adalah akses dan ruang yang sama,” kata petugas pembaca ikrar dari atas kursi roda.

Gubernur menegaskan bahwa yang mereka perlukan adalah diberikan kesempatan yang sama. ”Ternyata ketika mereka melakukan aktivitas sendiri dan dikelola sendiri, jadinya juga luar biasa. Mulai dari MC hingga yang mengisi acara adalah mereka,” komentar Gubernur Ganjar saat menghadiri peringatan, Rabu (11/12) kemarin.

Bahkan, penyandang tunarungu dari Magelang menampilkan pertunjukan Tari Soreng. Meski tidak mendengar, gerakan mereka sangat padu dengan gamelan yang mengiringi. Menurut Ganjar sudah semestinya paradigma mengenai disabilitas diubah.

Selain menampilkan sejumlah kesenian, sejumlah karya juga dipamerkan di halaman Gedung Wanita Semarang. Mulai dari kerajinan tangan, produk fashion, serta sejumlah karya seni yang bahkan menarik minat Gubernur Ganjar untuk menukarnya dengan sejumlah uang.

”Hari ini mereka memamerkan kerajinan dan sudah dijual. Banyak yang sold out. Ada karya mereka yang memang layak untuk dibeli, layak dipakai dan sebagainya. Mudah-mudahan perayaan seperti ini bisa menunjukkan bahwa dari mereka, oleh mereka dan untuk mereka. Kami yang memfasilitasi,” imbuhnya setelah mengunjugi stan-stan dan membeli sejumlah produk karya difabel.

Pada kesempatan ini, Gubernur Ganjar kembali menegaskan untuk memberikan akses dan kesempatan kepada para penyandang disabilitas. Baik akses dalam bentuk fisik, seperti fasilitas umum di jalan raya, gedung instansi dan sejumlah tempat umum lainnya. Juga akses agar para difabel dapat berusaha. Yakni dengan memberikan pelatihan, modal, serta pendampingan hingga bisa mandiri.

”Minimal dengan kemandirian penyandang disabilitas, mereka akan membantu. Termasuk membantu keluarga mereka. Karena mereka tidak butuh dikasihani, tapi akses. Maka tugas kami menyediakan akses,” ujar gubernur.

”Sekarang kebijakannya, bagaimana seluruh pengambil keputusan peduli. Tolong dong gedungnya yang tidak ada akses untuk penyandang disabilitas dibuat sekarang,” ujarnya memerintahkan.

Perintah ini telah disampaikan kepada bupati/wali kota di Jawa Tengah, bahkan hingga ke tingkat desa. Gubernur juga telah mendorong desa-desa untuk menjadi desa inklusi. ”Dari desa, kepala desa (Kades) dan perangkat desa harus tahu jumlah penyandang disabilitas berapa, dimana dan kebutuhannya apa saja. Sehingga akses bisa kita berikan dengan data yang tidak keliru. Ini yang terus kita dorong,” tegasnya.

Akses kepada para difabel memang sangat dibutuhkan di sejumlah fasilitas umum serta sejumlah instansi yang mengharuskan kehadiran difabel. Deddy Cahyo Nugroho, pengajar keterampilan di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Semarang menyampaikan bahwa salah satu yang tidak kalah penting diperhatikan adalah sarana-prasarana ramah difabel di tempat wisata. Sebab, difabel juga memerlukan hiburan dalam bentuk rekreasi.

”Memang masih ada beberapa yang belum ramah untuk kami. Semoga dengan komitmen ini, Semarang dan daerah-daerah lainnya di Jawa Tengah menjadi lebih ramah difabel,” ujarnya.

Plt Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah Yusadar Armunanto mengatakan bahwa pada peringatan Hari Disabilitas Internasional kali ini digelar sejumlah kegiatan untuk meningkatkan harkat penyandang disabilitas. Kepada mereka, diberikan kesempatan untuk bisa menunjukkan potensi yang mereka miliki. ”Bukan dikasihani,” ujarnya.

Dalam acara ini juga disalurkan bantuan untuk memfasilitasi penyandang disabilitas yang tidak mampu. Di antaranya 25 kursi roda adaptif dari BNI, 10 kursi roda standar dari Baznas Jawa Tengah, sejumlah tangan palsu mekanik bantuan dari Undip bekerjasama dengan P3D dan sebanyak 20 kaki palsu bantuan Baznas Jawa Tengah. ”Termasuk disampaikan pula pengadaan 7 ambulance kepada panti untuk mendukung operasional mereka,” ujarnya. (sga/kom/ida)

 


Baca artikel dan berita terbaru di Google News


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya