
RADARSEMARANG.ID, SEMARANG –Selama musim kemarau tahun ini, kebakaran telah menghanguskan 1100 hektare hutan dan lahan di Jateng. Jumlah ini masih terbilang dinamis karena kemarin kembali terjadi kebakaran di daerah Dieng.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jateng, Teguh Dwi Paryono mengatakan bahwa kebakaran sebagian besar terjadi pada savana atau padang rumput kering. Sebagian, juga melanda hutan pinus dan sedikit menimbulkan kesulitan pemadaman. ”Karena pinus ada sifat menghasilkan minyak gondorukem. Kalau api sudah sampai ke akar pun susah untuk memadamkannya,” ujarnya.

Sementara ini, penyebab kebakaran di sejumlah titik di hutan dan lahan Jateng diindikasikan karena kelalaian atau kecerobohan manusia. Hal ini sudah dilaporkan kepada pihak kepolisian untuk ditindaklanjuti. ”Kemarin ada tempat semacam ritual. Biasanya memang ada ritual membakar dan itu lupa dimatikan. Itu di Boyolali. Kemudian yang di Merapi kemarin juga ada keinginan membuka lahan untuk ditambang,” bebernya.
Sebenarnya, untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan ini, telah dibentuk masyarakat peduli api. Relawan yang menjadi bagian dari BPBD dan Kementerian Sosial yang menyusun program kaitannya dengan upaya penanggulangan api. ”Harapan ke depan, dari APBN atau APBD ada anggaran untuk peralatan pemadaman api, karena untuk peralatan yang sekarang itu kurang maksimal,” ujarnya.

Seperti ia contohkan, sepatu. Untuk yang ada sekarang ini kurang sesuai untuk temperatur tinggi. ”Jateng yang pertama mengusulkan bantuan kepada masyarakat peduli api ke Kementerian LHK. Dan ini diapresiasi,” ujarnya.
Sementara itu, untuk hutan dan lahan yang terbakar, pihaknya akan melakukan reboisasi. Sudah disiapkan bibit tanaman yang akan dibagikan kepada masyarakat untuk mengganti tanaman yang terbakar atau yang terpotong karena puting beliung. ”Berapa kebutuhan mereka kami siapkan. Nanti kalau November sudah mulai hujan bisa ditanam,” ujarnya. (sga/ida)