
RADARSEMARANG.ID, SEMARANG – Jadwal penutupan Lokalisasi Sunan Kuning (SK) dan Gambilangu (GBL) semakin tidak jelas. Pasalnya, dari tanggal yang telah disepakati akhir Agustus, kini harus mundur lagi.
Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Semarang Munthohar memastikan jika penutupan Sunan Kuning akan molor dari yang sudah dijadwalkan.

“Belum ada kepastian untuk penutupannya,” ujar Munthohar saat ditemui RADARSEMARANG.ID, Senin (26/8) kemarin.
Dikatakannya, belum pastinya waktu penutupan lantaran belum rampungnya urusan penghitungan besaran penganggaran untuk tali asih Wanita Pekerja Seksual (WPS).

Sebelumnya, Kementerian Sosial (Kemensos) menyatakan tidak akan membantu penganggaran tali asih, kini berubah kembali.
Dikatakan Munthohar, Kemensos akan ikut mengeluarkan anggaran untuk tali asih pada WPS. Jumlah yang telah ditentukan Kemensos yaitu 100 WPS yang akan menerima bantuan. Jumlah tersebut tentunya akan menjadi permasalahan baru. Sebab, jumlah WPS di dua lokalisasi tersebut dari data Dinsos Kota Semarang sebanyak 457 orang. Rinciannya, 355 WPS di Sunan kuning dan 102 WPS di Gambilangu.
Di sisi lain, besaran anggaran tali asih dari Kemensos tersebut, lanjutnya, juga belum jelas. Padahal, sebelumnya Pemkot Semarang sudah menganggarkan tali asih sendiri melalui APBD perubahan dan murni. Namun, dengan adanya surat balasan dari Kemensos tersebut, perhitungan untuk besaran tali asih per WPS pun juga akan berubah. “Itu yang membutuhkan waktu lagi, kita harus menghitung lagi dari awal. Sampai sekarang besaran anggaran dari Kemensos belum juga muncul,” katanya.
Dalam hal ini, Kemensos dinilai mencla-mencle dan menghambat proses penutupan dua lokalisasi tersebut. Padahal, penutupan lokalisasi di seluruh wilayah Indonesia merupakan program dari Kemensos. Namun Kemensos sendiri justru tidak bisa pakem dalam mengeluarkan kebijakan terkait penutupan Sunan Kuning dan Gambilangu.
“Padahal ini program Kemensos, dengan seperti ini kita juga belum bisa menentukan anggaran nantinya berapa untuk per WPS? Karena Kemensos sendiri besarannya berapa juga belum jelas,” tuturnya.
Beberapa waktu lalu, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan jika Kemensos tidak jadi memberikan tali asih, maka semua akan dilakukan mandiri oleh Pemkot Semarang. “Kalau kita sendiri yakin mampu secara mandiri menutup tanpa menunggu bantuan dari Kemensos,” tutur Muthohar.
Sembari menunggu keluarnya besaran anggaran dari Kemensos, pihaknya melakukan koordinasi dengan semua organisasi perangkat daerah (OPD). Supaya nantinya penutupan bisa dilakukan tanpa ada dampak yang kurang baik.
“Sudah kita koordinasi dengan beberapa teman-teman OPD terkait itu supaya penutupan bisa dilakukan dengan smoot,” ujarnya.
Ketika ditanya berapa besaran anggaran yang sudah dianggarkan oleh Pemkot Semarang untuk tali asih, Muthohar masih saja berkelit.
“Waduh saya lupa,” kilahnya.
Menurutnya, besaran tali asih per WPS tersebut nanti akan diumumkan mendekati penutupan. “Nanti kan tahu sendiri,” ujarnya.
Terkait dengan isu besaran tali asih per WPS sampai Rp 6 juta, pihaknya juga enggan berkomentar banyak. “Saya tidak bisa membenarkan dan menyalahkan, tanya saja kepada orang yang memberi kabar (jumlah tali asih) itu,” tuturnya.
Ketidakjelasan waktu penutupan dua lokalisasi tersebut, menurutnya, supaya tidak dijadikan beban oleh WPS. Ia meminta para WPS di dua lokalisasi tersebut tetap sabar dalam mengikuti setiap tahapan proses penutupan. Seperti halnya pendataan diri, dan pembuatan rekening di bank. “Rekening tersebut gunanya untuk mentransfer uang tali asih,” katanya. (ewb/aro)