
RADARSEMARANG.ID, SALATIGA – Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga menyampaikan keprihatinannya atas perkembangan kondisi di tanah air, terutama di Tanah Papua. Rektor Neil Rupidara menandaskan, secara khusus UKSW berkomitmen untuk melindungi keamanan, termasuk keamanan psikologis, yang memadai bagi seluruh mahasiswa-mahasiswa Papua yang kuliah di lingkungan UKSW, tanpa kecuali.
“Sambil melakukan komunikasi dan koordinasi dengan pihak-pihak berwenang di dalam relasi saling menghormati dan menghargai. Karena itu kami meminta kepada seluruh mahasiswa Papua di UKSW untuk tetap tenang dan dapat menjaga suasana hati yang damai dan penuh kasih sebagai salah satu ciri komunitas Kristiani seperti UKSW dan tetap berfokus menjalankan tugas studinya di UKSW,” terang Neil dalam siaran persnya.

Ia menandaskan kepada para mahasiswa asal Papua bahwa menyelesaikan pendidikan tinggi dengan baik adalah modal penting yang diperlukan untuk membangun Tanah Papua pada khususnya dan Indonesia pada umumnya sehingga menjadi masyarakat dan bangsa yang bermartabat dan merdeka dalam arti yang hakiki, bukan berpengertian politik yang sempit.
Lebih jauh, ia juga mendorong penghormatan atas sikap saling menghargai antarelemen bangsa dalam menyikapi dan mengupayakan kondisi bangsa yang lebih baik. “Kami berharap agar pemerintah pusat dan pemerintah-pemerintah daerah di berbagai daerah, termasuk di Tanah Papua, dapat dengan tegas melakukan stabilisasi kondisi dengan tetap mengedepankan cara-cara dialogis secara efektif dan bermartabat di antara elemen bangsa yang peduli terhadap masa depan Indonesia dan Papua. Kami meminta agar pendekatan-pendekatan represif sedapat mungkin dihindari,” himbaunya.

Dijelaskan dia, UKSW merupakan kampus Indonesia Mini, yang di dalamnya terdapat lebih dari 1000 mahasiswa Papua berkuliah. “Kami seluruh warga UKSW mendoakan agar kondisi tanah air, terkhususnya Tanah Papua, dapat diluputkan Tuhan dari marabahaya dan kondisi-kondisi yang tidak diharapkan bersama. Kami memimpikan Indonesia yang maju dan damai bersama seluruh dan bukan tanpa warga Papua di dalamnya.” (sas/ton)