31 C
Semarang
Selasa, 21 Maret 2023

Warga Buat Lopis 2,2 Meter

Artikel Lain

RADARSEMARANG.ID, PEKALONGAN – Warga Krapyak Kecamatan Pekalongan Utara bersemangat menggelar tradisi syawalan dengan membuat kue lopis raksasa. Saat ini, warga sedang proses memasak dan merebus. Lapis raksasa akan siap disantap saat peringatan syawalan, Senin (9/5) mendatang.

“Tahun ini, kami semangat sekali buat lopis. Sempat 2 tahun libur, kami akan buat lebih besar sekarang karena sudah mendapat izin dari Pemkot Pekalongan,” kata Salah satu panitia syawalan Ahmad Zainul Mustofa, kemarin.

Ia menambahkan, momen ini sangat ditunggu warga setempat. Meskipun vakum, panitia tidak libur. Terus mempersiapkan dan memikirkan bagaimana bisa menggelar kembali. Entah tahun ini atau tahun depan lagi sampai diperbolehkan.

“Alhmadulillah tahun ini sudah diperbolehkan, kita sudah siap 100 persen,” ujarnya.

Pemkot Pekalongan juga menyediakan tempat khusus untuk pembuatan dan gudang lopis raksasa baru. Yakni di plataran kampung batik Krapyak. Sebelumnya pembuatan lopis raksasa dilaksanakan di halaman mushola Darun Na’im, Krapyak.

Ukuran lopis raksasa tahun ini lebih besar dan tinggi. Karena menyesuaikan tempat yang baru. Kali ini dibuat dengan ketinggian mencapai 2,2 meter. Sesuai dengan tahun pelaksanaan tradisi ini, yakni 2022. Sedangkan untuk diameter 250 cm, menyesuaikan ukuran tempat merebus yang selama ini sudah digunakan. Pembuatan sudah digelar sejak Rabu (4/5) hingga beberapa hari kedepan.

Untuk ukuran tersebut, dibutuhkan ketan 500 kilogram dan 300 lembar daun pisang. Selama proses pembuatan melibatkan sekitar 80 orang, merupakan jamaah Musala Darunna’im. Pembuatan lopis raksasa dibagi menjadi beberapa tahap. Dimulai dari mencuci ketan, mengukus ketan menjadi setengah matang, menumbuk, memasukkan ketan setengah matang ke dalam cetakan lopis raksasa yang sudah dilapisi daun pisang. Kemudian di tali agar lebih kuat.

“Butuh waktu kurang lebih 2x 24 jam untuk merebus,” jelasnya.

Diakhiri dengan pematangan lopis. Dengan dimasukkan dandang perebus raksasa. Setelah direbus selama sehari, lopis kemudian dibalik dan dimasak kembali. Setelah itu lopis diangkat dan diistirahatkan hingga syawalan tiba pada Senin depan.

“Sebelum lopis disantap, terlebih dahulu diadakan do’a bersama yang dipimpin sesepuh desa. Setelah itu barulah lopis tersebut dipotong oleh Wali Kota Pekalongan dan kemudian dibagikan kepada warga yang hadir,” tambahnya.

Tradisi Lopis Raksasa telah berlangsung selama lebih dari satu abad. Tepatnya tahun 1855 M. Orang pertama yang menggelar tradisi ini adalah KH Abdullah Sirodj yang merupakan keturunan dari Kyai Bahu Rekso. Lopis sendiri mengandung suatu nilai filosofis tentang persatuan dan kesatuan. Karena dibuat dari ketan, dan lengket. Agar warga semakin lengket dan akrab satu sama lain. (han/fth)


Baca artikel dan berita terbaru di Google News


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya