26 C
Semarang
Selasa, 21 Maret 2023

Dulu Layani Pabrik Gula, Kini Tersisa Fondasi Jembatan

Menyusuri Rute Kereta Api yang Hilang

Artikel Lain

RADARSEMARANG.ID – Selain stasiun utama Kota Pekalongan, pada masa lalu di Pekalongan terdapat jalur kereta lain. Yakni jalur kereta api Wonopringgo. Namun, tak seperti stasiun kota yang berumur panjang hingga saat ini, stasiun Wonopringgo hanya berumur sekitar 27 tahun.

Dibangun oleh perusahaan swasta Hindia Belanda Semarang – Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS), jalur Pekalongan Wonopringgo digunakan untuk kereta api pengangkut gula. Kereta ini melayani angkutan barang dari pabrik gula Wonopringgo yang sekarang masuk wilayah Kabupaten Pekalongan. Kini pabrik gula tersebut sudah beralih fungsi menjadi bagian dari markas Batalyon Infanteri 407/Kompi Senapan C. Diduga lokasi stasiun Wonopringgo berada di sekitar lokasi ini.

Surat kabar Algemeen Handelsblad edisi 25 Oktober 1913 memberitakan bahwa SCS telah mendapatkan konsesi membangun dan mengoperasikan kereta api dari stasiun Pekalongan ke Wonopringgo dengan melalui Kedungwuni. Kereta api ini bisa untuk angkutan barang dan orang. Kemudian De Indische Mercuur edisi nomor 29 terbitan 20 Juli 1917 menjelaskan bahwa jalur Pekalongan-Wonopringgo mulai dibuka pada 7 Februari 1916.

Baca juga:  Dinas ESDM Jabar Pasang Listrik Gratis untuk 20.000 Keluarga Miskin

Dijelaskan oleh salah seorang sejarawan Pekalongan, Arief Dirhamsyah, dulu pada tahun sekitar 1900an, Pekalongan kala itu termasuk salah satu kota metropolis. Seluruh jalur transportasi tersedia di sini. Mulai jalur dari kereta api, Jalan Raya Pos atau dikenal juga dengan Jalan Daendels, pelabuhan, hingga jalur trem.

Geliat perdagangan di Pekalongan saat itu terbilang hidup sehingga banyak transportasi yang kemudian hadir untuk mendukung. Salah satunya dengan keberadaan jalur kereta api Wonopringgo hingga menuju pelabuhan.”Dulu, jalur kereta itu sampai pelabuhan. Karena untuk pengiriman gula setiap harinya,” ujar Dirham kepada Jawa Pos Radar Semarang.

Meski rutenya mencapai pelabuhan, namun dari hasil pencarian wartawan Jawa Pos Radar Semarang, jejak-jejak yang tersisa hanya di seputar area Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan.

Baca juga:  Proyek Kawasan Industri Terpadu Digelontor Rp 1 Triliun
Jembatan jalur kereta api Pekalongan Wonopringgo di atas Sungai Pencongan, diperkirakan sebelum tahun 1920. (KOLEKSI KITLV 17013)

Tepatnya di dekat jembatan gantung Kali Cakra Kedungpatangewu. Di sana masih terdapat sisa fondasi jembatan. Selain itu, juga terdapat beberapa jalan setapak yang diyakini merupakan bekas rel kereta.

Bangunan yang hampir menyerupai menara tersebut dibiarkan teronggok tak terawat. Bahkan di beberapa sisinya terlihat sudah mulai ditutupi lumut. Selain bangunan tersebut, jejak-jejak kereta api jalur Wonopringgo di kota sudah tak bisa didapatkan.

Menurut Dirham, sekitar lima tahun yang lalu sempat didapati bongkahan rel di lokasi pembangunan Museum Batik. Ia pun mengaku menyampaikan ide supaya rel tersebut dilindungi menggunakan kotak kaca supaya masyarakat bisa melihat peninggalan sejarah tersebut. Namun, idenya tersebut tak diterima dan kini bongkahan tersebut kembali ditutup tanah. “Sayang, sekarang ditutup lagi jadi hanya tinggal ceritanya saja,” ujar Dirham.

Baca juga:  Bus Dicegat, Rombongan Peziarah Dicek Kesehatan

Diketahui, pada zaman Hindia Belanda, rute kereta api SCS Wonopringgo melewati daerah Kedungwuni, Podo, Kembangan, Sapugarut, Kepuh, Buaran, Tirto, hingga Pekalongan Kota. Namun, tak lama setelahnya pada tahun 1943 ketika Jepang mulai menduduki Indonesia, pabrik gula di Wonopringgo bangkrut. Disusul dengan pembongkaran stasiun dan sejumlah bantalan rel. Kabarnya rel-rel tersebut diangkut Jepang untuk membangun jalur kereta api di Burma (sekarang Myanmar, red) dan Sumatera. (nor/ton/bas)


Baca artikel dan berita terbaru di Google News


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya