31 C
Semarang
Jumat, 2 Juni 2023

Hujan Keberkahan di Perayaan Magha Puja

Artikel Lain

RADARSEMARANG.ID, Mungkid – Kali pertamanya Hari Suci Magha Puja dirayakan umat Buddha di Candi Borobudur. Bahkan ketika hujan deras mengguyur pelataran candi, para biksu dan umat Buddha bergeming. Mereka rela hujan-hujanan sampai prosesi ritual Magha Puja selesai.

Umat Buddha asal Semarang Jimmy mengatakan, hujan yang turun saat prosesi Magha Puja adalah keberkahan. Keyakinan itu menguat, karena hujan mewarnai sepanjang acara berlangsung. “Biasanya kita di-blessing oleh Bhante (biksu, Red), sekarang di-blessing langsung dari langit,” ucap pria 36 tahun itu Sabtu (4/3).

Direktur Urusan Agama dan Pendidikan Dirjen Bimas Buddha di Kementerian Agama Nyoman Suriadharma sependapat, hujan penanda berkah. Ia pun merasa bangga, karena derasnya hujan tidak menyurutkan semangat umat mengikuti semua prosesi ibadah. “Air hujan adalah berkah untuk kita semua, dan saya bangga kepada bhikkhu sangha dan umat, walaupun hujan lebat tetap duduk tenang,” imbuh Nyoman.

Pantauan Koran ini, hujan beberapa kali turun dan kemudian reda. Namun saat hujan kembali mengguyur dengan sangat deras, hampir separo umat lari untuk berlindung. Mereka tidak membawa jas hujan, maupun payung. Selain itu, mereka membawa anak-anak kecil. Di sisi lain, ribuan umat memilih bertahan, dan mengikuti prosesi ibadah sampai selesai. Mereka ada yang menggunakan jas hujan, juga berpayung. Ada pula yang rela kedinginan dan kebasahan.

Acara Magha Puja diawali dengan ritual puja oleh bhikkhu sangha di atas stupa Candi Borobudur. Mereka naik ke atas candi mengenakan sandal upanat, seperti yang sudah ditentukan oleh pihak pengelola candi. Kemudian dilanjutkan dengan prosesi persembahan puja tuntunan sila, meditasi magha puja, dan dhammadesana.

Di pengujung puncak acara, hujan mulai mereda. Tersisa gerimis saja. Para biksu, rohaniawan, umat kemudian melangsungkan pradaksina. Yakni mengitari candi, sambil membawa lampu pelita. Di akhir acara, lampu-lampu pelita itu ditata membentuk formasi huruf Magha Puja 2023 di depan altar.

Masih menurut Nyoman Suriadharma, Magha Puja adalah salah satu hari besar Agama Buddha yang diperingati setiap tahun. Tiga lainnya adalah Hari Raya Waisak, Kathina, Asadha. Magha Puja dilaksanakan tiga bulan menjelang Hari Tri Suci Waisak, atau setiap bulan purnama di bulan ketiga kalender Buddha.

Ia bercerita, biasanya Magha Puja diperingati di cetiya, vihara, asrama. Tapi kali ini dipusatkan di Candi Borobudur dan diikuti lebih dari 2.100 orang dari berbagai daerah di Indonesia, juga 70 anggota Sangha dari Sangha Agung Indonesia.

Mereka sengaja datang untuk merayakan Magha Puja. Untuk mengenang peristiwa ketika sang Buddha bertemu dengan 1.250 Bhikkhu Arahat di Veluvana Arama atau hutan bambu, tanpa diundang dan memiliki tujuan sama.

“Kita panjatkan doa keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan untuk semua makhluk, bukan manusia saja, tapi apapun yang hidup di alam raya ini,” ujarnya menyebutkan doa dan harapan di momen Magha Puja ini.

Ia juga berpesan kepada seluruh umat Buddha, agar menjaga kondusifitas dan kebersamaan menjelang pemilu 2024. “Tidak melakukan hal-hal yang dapat mengganggu, kita ikuti tatanan yang ada dengan baik,” imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Pelaksana Acara Sri Diana Widowati menyampaikan, peringatan Magha Puja ini memiliki pesan agar umat Buddha dapat mengembangkan cinta kasih kepada semua makhluk. Tidak berbuat jahat dan menambah kebajikan. (put/ton)

Reporter:
Puput Puspitasari

Baca artikel dan berita terbaru di Google News


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya