31 C
Semarang
Sabtu, 1 April 2023

Fungsikan Kelenteng sebagai Pusat Kegiatan Sosial

Budi Raharjo, Ketua Umum TITD Hok An Kiong Muntilan

Artikel Lain

RADARSEMARANG.ID – Sudah puluhan tahun Budi Raharjo menjadi Ketua Umum TITD Hok An Kiong. Sebuah kelenteng yang berada di pusat keramaian Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. Usianya 77 tahun. Namun ia masih energik beraktivitas.

Kelenteng tersebut memiliki hiolo (tempat abu dupa) terbesar se-Asia Tenggara. Selain itu terdapat ruangan khusus terpampang foto KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Bapak pluralisme yang dianggap juga bapak kaum Tionghoa.

Kamis (19/1) sore wartawan ini singgah ke Jalan Pemuda No.100, Dusun Balerejo, Desa Muntilan. Jalan ini adalah rute menuju Kelenteng Hok An Kiong yang bersejarah. Berdiri sejak 1878.

Baca juga:  TPS Pemilu di Kabupaten Magelang Diproyeksikan Bertambah

Sepanjang jalan masuk terlukis garis merah bertepian kuning terbentang dari gerbang menuju kelenteng. Terpampang papan kayu beraksara China. Tampak pula ornamen lampion dan patung naga.

Budi Raharjo duduk santai berbaju biru muda dan celana jeans. Pemilik nama Tionghoa Wong Kim Tjong itu mempersilakan wartawan menuju kediamannya. Masuk melalui pintu kanan bersimbol naga dan ketika keluar nanti melalui pintu bersimbol harimau.

Sehari-hari, Pak Budi -sapaan akrabnya- berdagang. Mengurus toko besi yang tak jauh dari kelenteng sekaligus menjadi rumahnya. Rutinitas itu telah dijalani puluhan tahun. Panggilan dan kesadaran sosial membuatnya rela mengabdi memajukan kelenteng.

Baca juga:  Lembap, Candi Losari Rutin Diberi Obat Antilumut

“Pertama ya kepilih aja. Lama-lama jiwa pengabdian itu tumbuh,” katanya kepada Jawa Pos Radar Semarang.

Imlek tahun lalu baginya sangat berkesan. Karena mendapat kado istimewa foto Gus Dur dari MWC NU Kecamatan Muntilan. Akhirnya disediakan ruangan khusus. Diberikan altar khusus dan karpet hijau khas ormas NU.

Menurutnya menjadi pemimpin tidak boleh seenaknya. Harus menjadi teladan. Ditambah tanggung jawab memperbaiki sesuatu yang dianggap salah. “Ketika ada umat yang kurang sopan atau pas kita luruskan dan perbaiki,” ujarnya.

Baca juga:  Layang-Layang Hiasi Langit Desa Pancuranmas

Saat pandemi pula pihaknya juga berkegiatan sosial dengan membagikan beras 30 ton kepada masyarakat. “Agenda tahunan itu penuh, terutama kegiatan sosial. Tidak pernah kekurangan dan selalu ada yang ngasih” tandasnya.

Perawatan kelenteng pun banyak. Biasanya dana berasal dari umatnya. Mulai dari kebersihan hingga minyak untuk lentera penerangan. Setiap altar terdapat dua penerangan. Menyala nonstop seharian.

Reporter:
Muhammad iqbal Amar

Baca artikel dan berita terbaru di Google News


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya