34 C
Semarang
Jumat, 2 Juni 2023

Zenty Wujudkan Mimpi Jadi Pemural Perempuan, Karyanya Hiasi Dinding Galeri Nasional Indonesia

Artikel Lain

RADARSEMARANG.ID – Zenty Daning memilih hobi yang jarang dilakukan perempuan. Ia seorang pemural muda di Kota Magelang. Tapi karyanya, pernah menghiasai dinding Galeri Nasional Indonesia pada 2018. Kabarnya, hasil goresan tangannya itu belum diganti sampai sekarang.

Perjalanan Zenty Daning sebagai pemural tidak begitu berliku. Ia merasa beruntung punya orang tua yang demokratis. Pandangan miring terhadap karirnya justru datang dari pihak luar. Ia tak ambil pusing. Karena percaya, lambat laun anggapan itu akan sirna, jika ia bisa menunjukkan karya.

Tiba-tiba Zenty tertawa. Mengingat kenangan masa kecilnya. Saat SD, ia kerap mengikuti lomba-lomba mewarnai. Tapi tak pernah menang. “Kalau diingat-ingat, lucu juga, hehehe,” jelasnya Selasa (6/9).

Bakat menggambar itu sebenarnya sudah muncul sedari SD. Mulai ditekuni ketika sudah duduk di bangku SMA. Zenty senang membaca majalah-majalah visual art. Yang isinya mengupas desain grafis, street art, dan mural. Sajian artikel dalam majalah itu mampu menghipnotis dirinya. Ia merasa mendapat dorongan kuat. Harus bisa menjadi seperti yang dilihatnya itu.

“Di situ saya dapat banyak referensi tentang perupa-perupa yang berkarya di dinding dan mulai tertarik seni ilustrasi terutama karakter,” ucap perempuan kelahiran 13 Desember 1996 itu.

Demi mewujudkan mimpinya menjadi perupa perempuan, Zenty berkuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) Jogjakarta, jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV). Ia juga aktif bergabung dengan komunitas pemural di Magelang, Namanya Komunitas Diskusi Pahit.

Berkegiatan dengan komunitasnya itu menambah jam terbang Zenty dalam visualisasikan karya. Karena kegiatan di komunitas ini adalah membuat mural di ruang kota atau merespon bangunan yang terbengkalai dan mengikuti event mural. “Menurutku, ini jadi salah satu proses pengkaryaan,” ucapnya.

Setelah itu, ia bisa membuat karya-karya di media lain. Seperti kanvas, tekstil, instalasi, dan membuat ilustrasi karakter dengan media digital.

Mural menjadi saksi proses berkarya Zenty. Ia juga tak pernah lupa dengan ketertarikannya terhadap mural. Sejak pertama mengenal sampai sekarang, rasa itu tidak berubah. Mural itu seni yang unik. Punya tantangan tersendiri. Media yang dipakai adalah ruang terbuka, membuat karyanya pun spontan. “Bahkan kita nggak pernah tahu kejadian apa yang akan muncul ketika sedang proses bikin mural,” ucapnya.

Alasan lainnya, mural bisa menjadi media untuk mengenalkan karakter dan menyampaikan pesan ke banyak orang. Ia juga ingin mentransfer energi positif ke penikmat karyanya.

Saat ini dalam pengkaryaan, Zenty berkolaborasi dengan perupa muda Magelang, Catur Bukit Prasetyo. Karya kolaborasi ini dinamai FRVRTHP yang memiliki kepanjangan foreverhellopino. Dengan Catur Bukit, ia membuat banyak karya untuk mengikuti pameran. Selain itu juga untuk berjualan merchandise. “Sekarang aku berkarya dengan dia,” ucapnya.

Ia kerap menjumpai kendala selama menggarap karya kolaboratif. Karena dua ide dituangkan dalam satu karya. Ia menyikapi tak berlebihan. Malah diambil sisi positifnya. Ia menjadi banyak referensi yang muncul dari perbedaan. “Saya bisa terinspirasi dari dia, pun sebaliknya, seperti kita saling memengaruhi,” ujarnya.

Dengan seni mural, Zenty jadi punya banyak teman dan koneksi. Permintaan menggarap mural kerap mampir. Ia juga senang mengikuti beberapa kompetisi. Salah satu kompetisi yang tak terlupakan adalah lomba mural di Galeri Nasional Indonesia sekitar tahun 2018. Ia menjadi peserta yang terseleksi dan menggambar mural dua dimensi. Bersama Catur Bukit, ia membuat karya di dinding berukuran 16 x 4 meter. Ia memvisualisasikan ideologi bangsa dan keberagaman di Indonesia. “Waktu itu aku merasa sangat beruntung,” imbuh warga Kramat Utara, Magelang Utara itu.

Saat ini, perempuan yang hobi mengoleksi mainan seperti action figure itu menemukan ciri khas dalam setiap karyanya. Menggabungkan karya dekoratif, figure, dan pop art. Karya ilustrasi dari visual mengangkat figure perempuan. “Saya suka gaya outline. Figure perempuan saya ubah-ubah bentuknya, dan terinspirasi gaya pop art dan dekoratif,” ucapnya.

Kalau soal warna, ia terpengaruh warna-warna pop art. Karya-karya yang dibuatnya sudah cukup membuatnya puas. Tapi masih ingin berkembang. Ia membiarkan proses pengkaryaan mengalir. “Tetap menghargai yang saat ini bisa,” ungkapnya.

Ia ingin konsisten berkarya. Dari karyanya itu, ia harap bisa dikenal masyarakat dan memberi manfaat pada perkembangan seni rupa di Indonesia, khususnya di Magelang. Anak dari pasangan suami istri, Isti Danarsih dan Zaenuri itu berharap, pemerintah dan masyarakat bisa melihat seni mural dari sisi positif dan potensinya. Serta mengapresiasi dan mendukung kegiatan berkesenian mural. (put/ida)


Baca artikel dan berita terbaru di Google News


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya