
RADARSEMARANG.ID, Magelang – Semburan air mancur yang keluar dari belalai patung gajah menjadi primadona para pengunjung pemandian air hangat Umbul Banyu Roso, di Dusun Dimajar, Kelurahan Sumberarum, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang. Tekanan air yang kuat itu memberikan sensasi seperti dipijat-pijat. Tempat pemandian ini juga sedang viral di Magelang.
Pengujung, Wahid, 45, sudah keempat kalinya mandi di situ. Setelah berendam 15 menit, ia akan mengambil posisi tepat berada di bawah pancuran gajah. Ia sengaja melakukan ini untuk terapi.

“Saya ke sini untuk tetombo (berobat). Sudah membuktikan sendiri, leher dan punggung saya yang sering sakit, sekarang (sakitnya, Red) sudah berkurang banyak,” akunya, Sabtu (18/6).
Hampir sama dengan pengunjung lainnya, Dariyoto datang untuk terapi kakinya yang kerap kesemutan. Sedangkan anak-anaknya, ingin berenang di air hangat.

Jupriyono, sesepuh yang juga mengelola pemandian air hangat Umbul Banyu Roso mengatakan tempat pemandian ini bukan seperti kolam renang pada umumnya. Air hangatnya alami. Diambil dari sumber mata air sekitar pemandian. “Bisa dikatakan, bukan tempat untuk renang, tapi ke pemandian kesehatan,” ungkapnya.
Sejak 1,5 tahun beroperasional, pemandian ini ramai dikunjungi pengunjung. Baik dari Magelang, Temanggung, Purworejo, Semarang. Pada hari biasa, pengunjung mencapai ratusan. Di hari libur lebih dari 1.000 orang.
Informasi yang dihimpun, sebelum pemandian dibuat, terdapat pemandian air hangat yang disakralkan warga sekitar. Namanya Tuk Ngasinan. Lokasi tuk berjarak 70 meter dari kolam Umbul Banyu Roso, atau bersebelahan dengan halaman parkir pemandian Umbul Banyu Roso.
Kabib, juru parkir yang juga warga setempat ini mengatakan Tuk Ngasinan sering dipakai untuk tetombo. Terutama yang punya penyakit kulit. “Dari dulu sudah ramai. Kata orang-orang sepuh, Ngasinan ini ditemukan Belanda. Termasuk benteng kolamnya katanya masih asli peninggalan Belanda,” ujarnya.
Air Tuk Ngasinan juga hangat. Sumber mata airnya hanya ditampung pada kolam berukuran 1,5 x 1 meter. Kemudian dipasang paralon untuk pancuran. Biasanya, pengunjung akan mandi atau berwudhu di air tersebut. Tepat di atas tuk ini, dibangun musala kecil. (put/lis)