
RADARSEMARANG.ID – Desain bangunan Balkondes Ngargogondo lebih minimalis. Juga tidak terlalu luas. Hanya 3.500 meter persegi. Tapi unggul, karena punya sebuah pendopo yang besar. Berukuran 9 meter x 22 meter.
Konsep lantainya berupa tegel warna kuning. Ala-ala zaman dulu, alias jadul. Di beberapa titik, dikombinasikan dengan tegel bermotif. Supaya kesan klasik makin kental, pendopo itu diisi kursi-kursi rotan, dan bambu.

Ketika wartawan koran ini berkunjung, suasana begitu sepi. Hanya ada beberapa pengunjung dari salah satu sekolah swasta, di Kabupaten Magelang. Mereka menyelesaikan survei lokasi untuk acara. Juga beranjak pulang.
Pengelola Balkondes Ngargogondo Ariyan Subekti mengaku resto balkondes cenderung sepi. Apalagi di masa pandemi Covid-19. Selama ini pihaknya mengandalkan pemasukan dari homestay. “Kami menyediakan delapan kamar single, dan tiga homestay famili dengan isian tiga kamar,” jelas Ariyan.

Pemasukan lain, berasal dari penyewaan tempat. Baik untuk acara pernikahan, maupun berbagai kegiatan lainnya. “Karena pendoponya luas, ini jadi keunggulan kami. Sering dipesan untuk acara. Bisa seminggu satu kali,” ujarnya.
Salah satu acara besar yang pernah diselenggarakan di Balkondes Ngargogondo adalah Menoreh Trail Run Charity (MTR). Berlangsung pada September 2019 lalu. Kegiatan ini merupakan kerja sama CBT Balkondes dengan Komunitas Long Run Ranger. Sebuah komunitas pelari dari berbagai kota di Indonesia yang membawa misi kegiatan amal.
Hal mulia itu ditujukan untuk meningkatkan kualitas sarana pendidikan, di tiga sekolah di Desa Ngargogondo. Yakni TK/RA Muslimat NU, MI Maarif, dan SDN Ngargogondo. “Kalau diberi kelancaran, nanti September mengadakan event itu lagi,” ucapnya berharap. Mengingat selama pandemi ini, kegiatan-kegiatan di balkondes dibatasi.
Adapun daya tarik lain pada area belakang Balkondes. Yakni spot foto menara balon udara. Letaknya di dekat panggung, dan musala. Pengunjung bisa naik dan berfoto-foto di sana. Dengan latar belakang Pegunungan Menoreh yang indah.“Artis Purwacaraka, Trie Utami, Nosstress, juga pernah ke sini,” kata Ariyan dengan bangga.
Selain jadi jujukan artis atau seniman nasional, Balkondes Ngargogondo didatangi tamu-tamu jauh dari luar Jawa. “Dari Sulawesi, dari Papua juga pernah ada.”
Menjual lokasi minimalis, Balkondes Ngargogondo mampu menghasilkan pendapatan yang tak sedikit. Rata-rata pendapatan kotor Rp 80 juta per bulan. Itu karena komitmennya mengutamakan pelayanan terbaik kepada tamu. “Itu kuncinya,” pungkasnya. (rhy/put/lis)