
RADARSEMARANG.ID – Museum Taruna Abdul Djalil, di kompleks Akademi Militer (Akmil), Jalan Gatot Subroto, Magelang. Museum ini menyimpan sejarah berdirinya Akmil. Tempat para perwira TNI menempuh pendidikan untuk menjadi pelindung negara.
Untuk mengunjungi museum Taruna Abdul Djalil, wartawan koran ini harus melakukan persiapan. Yakni mengirim surat permohonan kunjungan. Ini wajib dilakukan. Sebab jadwal berkunjung ke museum disesuaikan dengan kegiatan taruna. “Surat kunjungan itu harus ada, dan pasti kami balas,” kata Kepala Sejarah Akmil Letnan Kolonel Inf Hendra Purwanasari.

Selain itu, pengunjung harus benar-benar dalam kondisi sehat. Wartawan koran ini juga melakukan serangkaian protokol kesehatan. Setelah lolos, diizinkan memulai pengalaman melihat seisi museum yang terbagi dalam tujuh ruangan. Meliputi ruang audio visual, ruang pra AMN/ATEKAD, ruang AMN, ruang AKABRI, ruang Akmil, ruang koleksi senjata, dan ruang bhakti taruna.
Ruang audio visual merupakan tempat pemutaran video sejarah berdirinya Akmil. Hendra menyebut, museum ini berawal dari keinginan taruna memiliki ruangan untuk menyimpan benda-benda penting Senat Taruna. Pada 4 Oktober 1964, diresmikan dengan nama Museum Dharma Bhakti Taruna oleh Gubernur AMN Kolonel Inf Surono. Pada 5 Oktober 1968, berganti nama menjadi Museum Taruna. Diresmikan Gubernur AMN Mayjen TNI Achmad Tahir.

Lalu, atas prakarsa Gubernur Akabri Udara Mayjen TNI Wiyogo A, museum kembali berganti nama menjadi Taruna Abdul Djalil. Tepatnya 10 November 1975. “Penamaan ini diangkat dari cerita seorang Taruna Akmil Jogjakarta, yang gugur dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI, dalam pertempuran di Plataran Desa Sambiroto, Kalasan, Jogjakarta, 22 Februari 1949 silam,” bebernya. Taruna tersebut punya hobi membaca, menyukai kesenian, dan membaca puisi.
Museum ini punya ikon berupa patung macan asli. Simbol taruna Akmil. Melambangkan ketangguhan, keuletan, ketangkasan, serta sifat pantang menyerah. Di ruang pra AMN/ATEKAD menyimpan benda-benda peninggalan sejarah lembaga pendidikan pembentukan perwira TNI di masa revolusi tahun 1945-1950.
Sedangkan di ruangan AMN, tersimpan koleksi taruna AMN. Di antaranya, topi baja yang tertembus peluru, milik almarhum Koptar Moch Shocheh yang meninggal dalam latihan perembesan di Lembah Tidar, 1960. Kemudian kursi yang digunakan Presiden Soekarno, dan Kolonel Gatot Subroto saat peresmian pembukaan kembali AMN 11 November 1957.
Di ruang Akabri, tersimpan pakaian taruna pemukul bass drum dengan aksesori kepala macan asli. Di ruang Akmil, terdapat perlengkapan perorangan taruna selama menempuh pendidikan. Ada satu ruang yang tidak boleh dimasuki masyarakat umum. Yakni ruang koleksi senjata. “Ruangan ini khusus untuk taruna Akmil sebagai sarana belajar mengenal senjata.”
Terakhir ruang Bhakti Taruna. Didominasi koleksi foto-foto. Mulai dari pahlawan revolusi, para alumni yang gugur, alumni Akmil berprestasi, dan berpangkat tinggi dalam karir sebagai perwira TNI-AD, serta pemimpin nasional. (rfk/put/lis)