
RADARSEMARANG.ID, Kendal – Sebanyak 3 ton minyak goreng kemasan ditemukan menumpuk di sebuah gudang milik PT Pelita Hati Weleri di Weleri. Ada indikasi penimbunan, mengingat jumlah yang begitu besar dan belum didistribusikan. Padahal, kondisi di lapangan banyak warga yang mengeluhkan kesulitan mendapatkan migor di pasar.
Sidak gabungan dilakukan petugas Polres Kendal bersama Disdagkop UKM Kendal, kemarin. Di gudang di Weleri petugas menemukan ribuan liter migor kemasan 1 liter. Semua menumpuk rapi hingga bertingkat di gudang.

Kapolres Kendal AKBP Yuniar Ariefianto sempat kaget saat melihat ribuan liter migor di gudang tersebut. Tidak didistribusikan ke pasar-pasar. “Ini ada indikasi penimbunan. Karena ada sekitar 3 ton minyak goreng kemasan belum didistribusikan,” kata kepada Jawa Pos Radar Semarang.
Yuniar menambahkan, biasanya setiap hari ada pengiriman minyak goreng ke pasar sebanyak 1.000 liter. Tetapi dari keterangan yang didapat, ribuan ton migor kemasan di gudang tersebut datang sejak Kamis (10/3) lalu. Tetapi masih belum didistribusikan.

Masih diselidiki apakah sengaja ditimbun menjelang dicabutnya migor subsidi hari ini Kamis (17/3) atau memang belum tersalurkan. “Belum bisa memastikan sengaja atau tidak. Tapi ini temuan baru dan akan dilakukan penyelidikan lebih lanjut,” tegasnya.
Manager PT Pelita Hati Weleri Handoko mengaku migor di gudang sengaja tidak dijual karena menunggu kebijakan baru dari pemerintah. Yang akan mencabut migor subsidi dan akan dijual Rp 23 ribu per liter.
Pihaknya berdalih setiap hari melakukan pengiriman ke sejumlah pasar. “Kita sudah mendistribusikan ke pasar-pasar. Tapi karena ada kebijakan baru ya kita menunggu dulu. Sementara ini tidak melakukan pengiriman,” akunya.
Operasional manager distributor Kendal Ari Hendratmoko mengatakan pasokan migor dari pabrik masih sedikit dan kurang lancar. Adapun pasokan yang ada hanya mampu mencukupi kebutuhan dua pasar saja. “Pasokan yang ada sekarang belum bisa mencukupi kebutuhan pasar-pasar di Kendal. Karena dari pabriknya sedikit,” tambahnya. (dev/fth)