
RADARSEMARANG.ID, Kendal – Tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslitarkenas) mulai intensif meneliti temuan Candi Boto Tumpang di Desa Karangsari, Kecamatan Weleri. Saat ini sudah ada dua lokasi candi yang di temukan.
Candi tersebut diduga merupakan bangunan peninggalan Hindu-Budha era 630 Masehi. Atau sekitar abad ke-7 sebelum Kerajaan Mataram Kuno. Kondisinya dua candi tersebut terpendam dalam tanah.

“Dua candi tersebut ditemukan sejak 2018 lalu pada lahan pekarangan milik warga. Setelah itu kami lakukan penelitian,” kata ketua tim penelitian Puslitarkenas, Agustijanto Indradjaja kemarin (21/4/2021).
Diduga bangunan candi tersebut peninggalan kerajaan Hindu-Budha yang ada di sepanjang pantai utara Jawa. Mulai dari Kabupaten Brebes hingga Rembang.

Dua lokasi candi yang ditemukan berjarak sekitar 200 meter. Perkiraan luasnya 24×24 meter persegi. Dengan tinggi mencapai 3-4 meter. “Kami mulai gali pada 2019. Kemudaian di 2020 penggalian terhenti karena terdampak pandemi Covid-19. Penggalian mulai diteruskan kembali pada 7 April lalu,” kata Agustijanto.
Bentuk candi ada tangga masuk, ketinggian dari lantai hampir tiga meter. “Memang di bagian pesisir pantai, kebanyakan candi berupa batu bata yang disusun atau isitilah warga menyebut boto tumpang,” ujarnya.
Candi boto tumpang hingga kini masih dalam tahap observasi. Dugannya candi tersebut bangunan sejarah pada zaman sebelum Kerajaan Mataram Kuno.
“Tapi hingga kini, kami belum menemukan beberapa ikon petunjuk seperti archa atau prasasti yang digunakan pada masanya, untuk memperkirakan kepercayaan yang dianut masyarakat sekitar candi,” terangnya.
Kalau dilihat profilnya, ada bangunan setengah lingkaran yang mirip dengan candi Batujaya Karawang yang sudah diteliti pada 2000. Dimungkinkan ada pada zaman Kerajaan Keling (Kalingga) dengan Ratu Shima,” jelasnya.
Agustijanto bakal mengajak Pemkab Kendal duduk bersama agar peninggalan sejarah ini bisa dilestarikan. Dengan itu, ada pembicaraan terkait pentingnya nilai kontruksi sejarah nasional, aset daerah, hingga pendidikan ilmu pengetahuan.”Harapan ini bisa dipugar dan dilestarikan. Bisa dibuat wisata budaya. Yang unik ini candi pra Mataram,” ujarnya.
Seorang warga, Suprabowo, 57, mengatakan, awalnya ia menggali pekarangan depan rumahnya untuk tempat pembuangan sampah sedalam satu meter.
Namun, ia menemukan batu bata yang tertata rapi sehingga penggalian tidak diteruskan dengan alasan khawatir terjadi apa-apa.”Gak saya teruskan karena ada cerita ada bangunan mau dibuat masjid jaman dulu yang terpendam tanah,” terangnya.
Hingga akhirnya, Suprabowo mendapati tim arkeolog yang menunjuk halaman depan rumahnya diduga terpendam bangunan peninggalan sejarah berupa candi. (bud/zal)