
RADARSEMARANG.ID, Kajen – Pemkab Pekalongan kembali menggelar tradisi Gunungan Megono setelah dua tahun terakhir ini vakum gara-gara pandemi. Ribuan orang ngalap berkah berebut 19 gunungan hasil bumi. Semuanya ludes tak bersisa.
Tradisi Syawalan itu dilaksanakan di objek wisata Linggo Asri, Kajen, Senin (9/5). Sejak pagi, lokasi sudah dibanjiri warga. Mereka datang dari berbagai wilayah sekitar Kabupaten Pekalongan.

Gunungan-gunungan hasil bumi sudah disiapkan. Ada 19 gunungan, sesuai jumlah kecamatan di Kabupaten Pekalongan. Bentuk dan isinya beragam. Sesuai dengan hasil bumi masing-masing kecamatan.
Kecamatan Petungkriyono misalnya, mereka membawa gunungan sayur-mayur berbentuk burung garuda. Sementara Kecamatan Karanganyar menghias gunungan dengan durian.

Sembilan belas gunungan itu lalu diarak (kirab) dari pintu masuk Linggo Asri. Bupati Pekalongan Fadia Arafiq bersama jajaran Forkopimda juga turut berjalan kaki menuju lokasi. Gunungan Megono sebagai gunungan inti sudah dipajang di lokasi. Tingginya sekitar 1,5 meter.
“Kami berani mengadakan tradisi ini kembali karena situasi Covid-19 di kabupaten ini sudah kondusif. Acara ini juga wujud syukur atas itu,” kata Fadia.
Ketika semua gunungan sampai di lokasi, ribuan orang sudah menanti. Mereka sangat antusias. Setelah rangkain pembukaan dan sambutan, tanpa aba-aba mereka langsung berlari berebut gunungan. Tak sampai lima menit, semua gunungan ludes.
Fadia mengungkapkan, acara itu termasuk mendadak. Persiapannya hanya dua hari. Sebab pihaknya dalam beberapa waktu belakangan sedang memastikan situasi dan kondisi Covid-19 aman.
“Maka mohon maaf kalau ada kekurangan. Setelah ini kami evaluasi lagi biar tahun depan lebih meriah lagi,” ucapnya.
Tradisi Gunungan Megono dilaksanakan bertepatan dengan perayaan Syawalan atau tujuh hari setelah Idul Fitri. Tradisi itu sekaligus untuk merayakan usainya melaksanakan puasa sunah enam hari setelah Idul Fitri. Acara kemarin dimeriahkan pula dengan tarian tradisional dari sanggar lokal dan panggung hiburan.
Warga Wiradesa Toni, sudah datang di lokasi sejak pukul 07.30. Padahal acara dimulai pukul 09.00. Ia ikut berebut gunungan dan mendapat kacang panjang, nanas, sawi, dan sayur-mayur lainnya.
“Iya, saya memang tiap Syawalan ke sini. Namun dua tahun terakhir tidak ada begini (gunungan megono). Sengaja ke sini untuk ngalap berkah dan suka ramai-ramai,” ungkapnya. (nra/zal)